07 Oktober 2020
10:02 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – PT Moda Raya Transportasi (MRT) Jakarta (Perseroda) bersama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) menyetorkan modal bersama untuk anak perusahaan dari kedua perusahaan itu, PT Integrasi Transit Jakarta (ITJ). Setoran dana itu selanjutnya akan digunakan untuk mengelola pembangunan kawasan berbasis transit atau Transit Oriented Development (TOD).
"PT ITJ merupakan anak perusahaan kolaborasi MRT Jakarta dan Transportasi Jakarta yang dibentuk untuk mengelola kawasan berorientasi transit dan peluang peningkatan intensitas (KLB) sebagai salah satu bentuk insentif dalam pembangunan Kawasan TOD melalui perencanaan yang dilakukan oleh pengelola Kawasan sepanjang koridor MRT Jakarta,” demikian Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar dalam keterangannya, Selasa (6/10) seperti dikutip dari Antara.
Penyetoran modal usaha itu dilakukan dengan penandatanganan “Surat Pernyataan Penyetoran Modal PT Integrasi Transit Jakarta antara PT MRT Jakarta (Perseroda) dan PT Transportasi Jakarta”. MRT Jakarta diwakili Direktur Utama, William Sabandar. Sementara, Transjakarta diwakili oleh Sardjono Jhony Tjitrokusumo.
"Saham PT ITJ dimiliki 90% oleh MRT Jakarta (Perseroda) dan 10% oleh PT Transportasi Jakarta,” ujar William.
Lebih lanjut dengan keberadaan PT ITJ, diharapkan kawasan dan hunian yang berorientasi transit untuk mobilisasinya dapat segera terwujud di ibu kota sesuai dengan cita-cita DKI Jakarta menuju City 4.0.
“Nantinya PT ITJ ini yang akan melakukan validasi permohonan pelampauan KLB, analisis kelayakan, dan pemeriksaan uji tuntas terhadap permohonan pengajuan pelampauan KLB dari pengembang,” urai William.
Berikut susunan Dewan Komisaris dan Direksi untuk PT ITJ yakni, Muhamad Kamaluddin sebagai Komisaris Perseroan. Kemudian, Agus Himawan sebagai Direktur Utama, lalu Aidin Barlean sebagai Direktur Perseroan, dan Mochammad Hasan sebagai Direktur Perseroan.
Untuk diketahui, MRT Jakarta pada akhir 2019 ditunjuk oleh Pemprov DKI Jakarta untuk membangun dan mengelola kawasan hunian berbasis transit atau TOD. Untuk tahap pertama lima stasiun yang akan dikembangkan kawasan TOD-nya adalah Stasiun Lebak Bulus, Stasiun Fatmawati, Stasiun Blok M, Stasiun Istora- Senayan, dan Stasiun Dukuh Atas.
TOD merupakan metode pengembangan kawasan urban yang memaksimalkan jumlah ruang hunian, kawasan bisnis dan tempat hiburan dengan jarak yang dekat dari akses transportasi umum.
Tujuan dari metode TOD adalah untuk meningkatkan penggunaan moda transportasi umum. Dengan demikian, angka pemakaian kendaraan pribadi dan kemacetan bisa menurun.
Hal ini menciptakan kawasan urban yang lebih memudahkan penghuni kawasan tersebut dalam mengakses kawasan bisnis, pusat hiburan dan akses transportasi. Selain itu, metode TOD juga lebih menunjang untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
TOD biasanya memiliki sebuah pemberhentian transit. Contohnya bisa berupa pemberhentian bus, LRT dan stasiun kereta. Area transit ini dikelilingi oleh kawasan hunian, bisnis dan pusat belanja serta hiburan.
Pada pusat area transit terdapat kawasan padat yang terdiri dari pengembangan mixed-use.
Mixed-used development adalah area perpaduan kawasan hunian dan kawasan bisnis. Makin jauh dari titik transit, terdapat kawasan yang tidak terlalu padat.
Karena tujuan konsep TOD adalah mengurangi pemakaian kendaraan pribadi, maka kawasan pengembangan ini umumnya dirancang untuk menjadi area yang ramah pejalan kaki. (Leo Wisnu Susapto)