c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

10 April 2020

20:40 WIB

Komunitas Ojol Minta Fitur Antar Penumpang Diaktifkan Lagi

Untuk beralih ke layanan pengantaran barang, tak semua pengendara ojol memiliki modal untuk membeli barang pesanan

Komunitas Ojol Minta Fitur Antar Penumpang Diaktifkan Lagi
Komunitas Ojol Minta Fitur Antar Penumpang Diaktifkan Lagi
Pengemudi ojek menunjukan pesanan belanja daring di pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, Jumat (10/4/2020). Layanan belanja online dan siap antar tersebut bertujuan untuk membatasi lalu lalang orang di pasar dan juga sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. ANTARAFOTO/M Agung Rajasa

JAKARTA- Komunitas pengendara ojek daring (ojol), Gabungan Roda Dua (Garda), meminta kepada penyedia aplikasi agar kembali mengaktifkan fitur angkut penumpang selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pasalnya, selama ini sebagian besar pendapatan para pengendara ojol berasal dari penumpang, bukan pengantaran barang.

"Kita ojol se-Jabodetabek kecewa dan protes keras atas kebijakan ini. Kita tidak terima dengan kebijakan ini karena 70-80% pendapatan kita dari penumpang," kata Ketua Presidium Nasional Gabungan Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono di Jakarta, Jumat (10/4).

Igun mengakui bahwa selama terjadi wabah covid-19 di Jakarta dan sekitarnya jumlah penumpang menurut sangat drastis. "Tapi setidaknya masih ada yang mau menggunakan jasa layanan penumpang," imbuhnya.

Ia memastikan, semua pengendara ojol siap mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.

"Kami mendukung dan siap patuhi PSBB di DKI Jakarta, Jabodetabek dan Nasional. Namun jangan hilangkan penghasilan kami dari layanan penumpang ojek online, kami akan patuhi protokol kesehatan," tuturnya.

Karenanya ia meminta pemerintah mengevaluasi kembali kebijakan ojol dilarang membawa penumpang. "Kami menuntut kepada pembuat kebijakan agar mengizinkan ojol dapat membawa penumpang kembali," serunya.

Apabila pembuat kebijakan tetap memaksakan ojol dilarang membawa penumpang, kata Igun, maka ia pun menuntut pemerintah memberikan ojol kompensasi berupa bantuan uang tunai. Bukan sekadar sembako.

"Karena kebutuhan kami berbeda-beda dan agar ekonomi rakyat tetap berjalan. Salah satu tuntutan kami ke pemerintah adalah kompensasi selama PSBB senilai Rp100 ribu per hari untuk mengganti pendapatan kami selama mengangkut penumpang serta memenuhi kebutuhan sehari-hari," tuturnya.

 

Seorang pengguna ojek online menunjukkan aplikasi GoRide yang tidak tersedia di Kawasan Kalisari, Jakarta Timur, Jumat (10/4/2020). Peraturan Gubernur DKI Jakarta dalam pelaksanaan PSBB mengatur angkutan roda dua seperti ojek online maupun ojek konvensional dilarang membawa penumpang. ANTARAFOTO/Asprilla Dwi Adha.

 

Kurang Modal
Selain itu, untuk menjadi pengantar barang atau pesanan makanan, para pengedara ojol kata Igun banyak terkendala masalah permodalan. Modal yang dimaksud berupa dana talangan untuk membeli pesanan konsumen berupa makanan atau barang belanjaan.

Sementara tidak semua pengendara ojol, lanjutnya, memiliki dana talangan untuk beralih dari pengantaran penumpang ke barang. Apalagi, menurutnya, pengendara ojol juga rentan terkena order fiktif selama penutupan fitur angkut penumpang.

"Saat ini tidak semua driver ojol punya modal (untuk jasa pemesanan makanan). Apalagi saat ini rawan orderan fiktif," katanya di Jakarta, Jumat.

Peristiwa pemesanan fiktif, memang kerap dialami sejumlah pengendara ojol di Jabodetabek dengan kerugian materi puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Seorang pengendara Gojek di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Dimas Kumara (30) pernah mengalami peristiwa pemesanan makanan fiktif.

"Saat itu saya ketipu sampai Rp196 ribu untuk memesan makanan di restoran. Tiba-tiba pemesannya hilang begitu saja," ucapnya.

Untungnya, perusahaan pada saat itu, kata dia, mengganti kerugian pengendara sesuai dengan nominal pemesanan konsumen. “Syaratnya saya harus bawa makanan itu ke panti asuhan atau lembaga sosial lainnya. Terus difoto. Jadi seakan-akan perusahaan berdonasi ke orang-orang yang butuh," imbuhnya.

Setelah barang pesanan diserahkan kepada pengelola yayasan sosial, kata Dimas, foto tersebut dikirim ke perusahaan sebagai bukti penyerahan bantuan. "Paling dua atau tiga hari uangnya diganti. Tapi memang prosedurnya cukup rumit," serunya.

Sementara itu, Pengendara ojol, Ricky Riyandi Hermawan (38) mengaku tidak mempersoalkan penutupan akun pengangkutan penumpang. "Saya memang sudah setahun terakhir fokus pada layanan Go-Food, Go-Send, Go-Shop dan Go-Mart, jadi tidak begitu terpengaruh penutupan aplikasi Go-Ride," katanya.

Ricky mengatakan, permintaan konsumen terhadap jasa antar barang sejak Jumat pagi justru meningkat hingga 70% dari hari normal. "Saat situasi normal biasanya saya cuma dapat satu atau dua kali permintaan antar barang, tapi dari pagi tadi saya sudah antar sepuluh kiriman barang," tandasnya. (Faisal Rachman) 

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar