25 September 2018
16:29 WIB
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa sebanyak 236 kabupaten-kota di seluruh Indonesia masih wilayah endemis penyakit kaki gajah atau filariasis, terutama di Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, dan Papua.
"Dari 514 kabupaten-kota di Indonesia, 278 di antaranya tidak endemis daerah itu tidak perlu minum obat. Sebanyak 236 kabupaten-kota masih endemis, itu total harus minum obat," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Elizabeth Jane Soepardi di kantor Kemenkes Jakarta, seperti dilansir Antara, Selasa (25/9).
Dari 236 kabupaten-kota yang masih endemis penyakit kaki gajah, sebanyak 131 kabupaten-kota melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM). Sementara 105 kabupaten-kota lainnya sudah melaksanakan program Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) beberapa tahun sebelumnya dan tahap evaluasi pasca-POPM.
Ia mengatakan, suatu wilayah dikatakan endemis penyakit kaki gajah apabila ada microfilaria atau anak cacing filaria penyebab kaki gajah di dalam tubuh manusia di atas 1 persen dari total jumlah penduduk.
Penyakit kaki gajah disebabkan oleh infeksi cacing filaria pada tubuh manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Terdapat 23 jenis nyamuk yang bertindak sebagai vektor penularan filaria di antaranya dari genus Mansonia, Culex, Anopheles, Aedes Dan Armigeres.
Cacing filaria tumbuh di dalam tubuh manusia dan baru menimbulkan efek lima tahun setelah menginfeksi manusia. Cacing filaria dewasa hidup di saluran dan kelenjar getah bening, sementara anak cacing atau microfilaria berada di dalam darah.
Penyakit kaki gajah menimbulkan pembengkakan pada setiap bagian tubuh manusia, umumnya di kaki dan bisa menjadi sangat besar tampak seperti kaki gajah.
Cacing filaria jenis brugia timori menyebabkan pembengkakan di daerah bawah lutut dan bawah siku. Sementara cacing jenis wuchereria bancrofti bisa menyebabkan pembengkakan di seluruh kaki, seluruh lengan, pada alat kelamin, dan payudara.
Kecacatan akibat pembengkakan ini bersifat permanen dan sulit diobati bila sudah pada stadium lanjut.
Program Belkaga
Oleh karena itu, cara terbaik menghindari kaki gajah ialah dengan pencegahan yaitu meminum obat yang diberikan oleh pemerintah dalam program Belkaga (Bulan Eliminasi Kaki Gajah) setiap bulan Oktober selama lima tahun berturut-turut. Untuk diketahui, selain pencegahan lewat obat, masyarakat juga bisa menghindari terinfeksi cacing filaria dengan menghindari gigitan nyamuk. Beberapa cara yang harus dilakukan ialah tidur menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk atau krim, dan membasmi sarang nyamuk.
Obat diberikan pada masyarakat mulai anak usia dua tahun hingga lansia 70 tahun. Anak di bawah dua tahun, ibu hamil, dan orang yang menderita penyakit kronis dan berat tidak boleh mengonsumsi obat tersebut.
Pemberian obat filariasis telah dilakukan pemerintah sejak tahun 2002, namun baru lebih efektif dan menjadi program prioritas pemerintah melalui Belkaga pada tahun 2015 lalu.
"Obat disediakan gratis oleh pemerintah untuk penduduk di daerah endemis, dalam program Belkaga setiap bulan Oktober," katanya.
Jane mengatakan pemerintah menargetkan pada tahun 2020 semua kabupaten-kota endemis filariasis sudah diberikan obat pencegahan massal. Apalagi obat tersebut juga berfungsi sebagai pencegahan bagi yang belum terinfeksi dan untuk membunuh cacing filaria bagi yang sudah terinfeksi. "Kita harap semua pemda kompak jangan ada yang menolak, berkomitmen semua minum obat," katanya.
Peneliti dari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Taniawati Supali menyatakan tindakan operasi hanya bisa dilakukan pada pembengkakan pada stadium awal.
"Yang sudah seperti kaki gajah itu tidak ada operasi yang bisa kita lakukan karena saluran limpanya rusak," kata Tania. (Nofanolo Zagoto)