09 September 2020
08:03 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
PALU – Guru Besar Pemikiran Islam Modern Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah, Prof KH Zainal Abidin menyatakan, kearifan lokal dan agama perlu diintegrasikan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya paham dan gerakan intoleransi, radikalisme dan terorisme.
"Salah satu yang harus dilakukan dalam upaya pencegahan atau menangkal radikalisme dalam spirit kebhinnekaan dan keagamaan, yaitu menumbuhkembangkan dan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam pengamalan ajaran agama," katanya dalam seminar nasional pencegahan radikalisme dan terorisme bertajuk "Jaga Kampus Kita" di Universitas Tadulako Palu, Rabu (9/9), seperti dilansir Antara.
Contohnya, tata kesopanan dalam tutur kata dan berperilaku, nilai-nilai persaudaraan dan solidaritas sosial, toleransi antarumat beragama, moderat dan lain sebagainya. Kesemuanya disebut Zainal telah hidup dan melekat dalam tradisi Indonesia sebagai bangsa yang multikultur-multireligi.
Rektor pertama IAIN Palu yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng itu menerangkan, nilai-nilai tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran agama apa pun.
Dalam konteks upaya menangkal radikalisme dalam spirit kebhinekaan dan keagamaan, menurut dia, dapat pula dilakukan dengan memberikan pembelajaran pada umat. Hal ini untuk membedakan antara substansi ajaran agama dengan manifestasi pelaksanaannya. Membedakan antara isi dengan kulitnya.
"Perintah menutup aurat adalah substansi, manifestasinya dapat dilakukan dengan menggunakan sarung atau gamis atau apapun yang terpenting kriteria menutup auratnya terpenuhi," kata dia mencontohkan.
Prof Zainal yang merupakan deklarator perguruan tinggi melawan radikalisme di Nusa Dua, Bali tahun 2017 ini juga mengamati perlunya semua pihak mengedepankan persamaan, bukan menggali perbedaan. Hal itu karena dari sudut pandang dogmatis-teologis setiap agama memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dari agama lain.
"Hal ini tergambar terutama pada tata cara beribadah atau sistem ritualnya masing-masing. Namun, dari segi pesan-pesan moral yang bersifat sosiologis, terlihat jelas adanya nilai-nilai humanis universal yang disepakati oleh semua ajaran agama," sebutnya.
Menangkal radikalisme, kata dia, dapat pula dilakukan dengan memupuk rasa saling percaya satu sama lain. Sikap ini menjadi salah satu kunci untuk membangun hubungan yang sehat antarpenganut lintas agama.
Namun rasa saling percaya hanya dapat dibangun jika masing-masing pihak terbuka satu sama lain. Saling memahami karakteristik ajaran agama masing-masing.
"Salah satu bentuk saling percaya dan saling memahami itu adalah tidak mudah menerima informasi-informasi yang provokatif dan berpotensi melahirkan desintegrasi," ujarnya. (Nofanolo Zagoto)