10 Februari 2020
14:45 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengibaratkan kemitraan Indonesia-Australia sebagai tokoh "The Avengers" yang berkolaborasi mengalahkan berbagai persoalan dunia. Selama sekitar 16 menit, Jokowi menyampaikan pidato dalam bahasa Indonesia di hadapan dua kubu Parlemen Australia, yaitu dari koalisi Partai Liberal dan koalisi Partai Buruh.
"Kolaborasi kemitraan Indonesia dan Australia di tengah dunia yang terus dipenuhi ketidakpastian dapat diilustrasikan dalam film Avengers: Endgame. Jika kekuatan positif bersatu, 'The Avengers assemble' maka musuh bersama dapat dilumpuhkan," kata Presiden di gedung Parlemen, Canberra, Australia, seperti dilansir Antara, Senin (10/2).
Untuk diketahui, sebelum Presiden berpidato, ketua partai Liberal sekaligus PM Australia Scott Morrison serta Ketua Partai Buruh Australia Anthony Albanese juga menyampaikan pidato mengenai Indonesia dan sosok Presiden Jokowi. Presiden Joko Widodo adalah kepala negara ke-12 yang diberikan kesempatan bicara di hadapan parlemen dalam sejarah Australia dan menjadi yang pertama untuk berbicara pada 2020.
"Jika Indonesia dan Australia bekerja sama dan berkolaborasi, maka intoleransi, proteksionisme dan ancaman kemiskinan, serta ancaman perubahan iklim dapat kita atasi," tegas Presiden.
Presiden juga mengajak Australia untuk terus memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam menyongsong satu abad kemitraan Indonesia-Australia.
"Saya mengusulkan beberapa agenda prioritas menyongsong satu abad kemitraan kita, satu abad kemitraan kita. Kita harus terus memperjuangkan nilai demokrasi, hak asasi manusia, toleransi, dan kemajemukan. Stop intoleransi, stop xenofobia, stop radikalisme dan stop terorisme," kata dia.
Politik Identitas
Karena itu, Presiden berharap Australia turut aktif mengikis politik identitas di berbagai belahan dunia. Baik itu atas dasar agama, etnisitas, identitas askriptif lainnya. Politik identitas dinilainya merupakan ancaman terhadap kualitas demokrasi, ancaman bagi kemajemukan, dan ancaman bagi toleransi.
"Ancaman ini semakin nyata jika terus dieksploitasi demi kepentingan politik jangka pendek yang mengakibatkan kebencian, ketakutan bahkan konflik sosial," katanya.
Sebagai dua negara yang demokratis dan majemuk, Jokowi meminta agar Australia dan juga Indonesia harus bekerja keras, bahu membahu, berdiri tegak untuk memperjuangkan nilai-nilai demokrasi, toleransi dan kemajemukan, dan mencegah dunia dari ancaman benturan peradaban.
"Kedua, Indonesia dan Australia harus memperkuat prinsip ekonomi yang terbuka, bebas dan adil. Di tengah maraknya proteksionisme, kita harus terus menyuarakan keterbukaan dan keadilan ekonomi," kata Jokowi.
Selain itu, ada sejumlah pendekatan ekonomi yang menurut dia harus dicegah perkembangannya. "Di tengah tumbuh suburnya, pendekatan zero sum game, kita harus terus memperkokoh paradigma sama-sama menang. Saya sangat percaya, bahwa sistem ekonomi terbuka dan adil adalah akan menguntungkan semua pihak," kata dia.
Zero Sum Game adalah pendekatan yang menyatakan dalam suatu relasi ekonomi hanya ada satu pihak yang diuntungkan sedangkan pihak lain akan merugi sedangkan pendekatan sama-sama menang (win-win) kedua pihak dapat saling menguntungkan.
"Itu mengapa saya menyambut baik kesepakatan Kemitraan Ekonomi Menyeluruh Indonesia-Australia. Kolaborasi menjadi kata kunci. Kolaborasi akan menciptakan peluang, mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi baru, dan menemukan solusi bagi tantangan ekonomi global," ungkap Presiden.
Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Menyeluruh Indonesia- Australia (IA-CEPA) telah diratifikasi DPR pada 6 Februari 2020. "Ini yang sebenarnya Indonesia dan ASEAN proyeksikan melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Outlook yang akan mengubah rivalitas menjadi kerja sama yang mengubah trust deficit menjadi strategic trust," kata Jokowi.
Jika hal itu dijalankan, kawasan Indo-Pasifik akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia masa depan. "Indonesia dan Australia harus menjadi jangkar kerja sama di kawasan Indo-Pasifik," kata dia.
Platinum Persahabatan
Usia hubungan diplomatik Indonesia dan Australia sendiri sudah mencapai usia 70 tahun pada 2020. Usia persahabatan Indonesia dan Australia ini kata Jokowi bukanlah waktu yang sebentar.
"70 tahun adalah masa platinum. Sebuah platinum persahabatan yang kokoh, bukan saja persahabatan antarpemerintah dan antarparlemen tetapi juga rakyat kedua negara," tambah Presiden.
Platinum persahabatan ini menurut Presiden Jokowi harus diperkokoh terus. Bahkan kedua negara harus bersama-sama mempersiapkan diri saat kemitraan Indonesia-Australia berumur 100 tahun nanti. Itu kata Presiden 30 tahun mendatang atau 3 dekade dari sekarang. Satu abad kemitraan Indonesia-Australia pada tahun 2050 nanti, menurut Presiden, menjadi momen krusial.
"Pada tahun Indonesia dan Australia akan bertransformasi menjadi pemain besar di kawasan dan dunia. Menurut 'Price Waterhouse Coopers' misalnya, pada tahun 2050 Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar ke-4 dengan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) sekitar 10,5 triliun dolar AS," tambah Presiden.
Indonesia juga akan menjadi negara emerging market dengan jumlah kelas menengah terbesar ketiga di dunia. Di sisi lain, pada tahun 2050, dunia diprediksi semakin dipenuhi ketidakpastian.
"Jika tren saat ini berlanjut, maka dunia pada 3 dekade mendatang akan semakin terdisrupsi. Situasi geo-politik dan geo-ekonomi dunia semakin berat. Stagnasi pertumbuhan ekonomi bahkan resesi ekonomi dunia sulit dihindari. Dikhawatirkan, nilai demokrasi dan kemajemukan akan termarjinalkan," jelas Presiden
Di tengah berbagai tantangan tersebut, Indonesia dan Australia harus fokus pada upaya peningkatan kemitraan. (Nofanolo Zagoto)