18 September 2019
13:11 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
BATAM – Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menyatakan jarak pandang di wilayah Kepulauan Riau (Kepri) terus menurun, seiring semakin pekatnya kabut asap kebakaran hutan dan lahan di sana. Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam, Suratman di Batam, mengatakan kondisi saat ini jarak pandang mendatar (visibility) di wilayah Kepri cukup rendah berkisar antara 2.000 sampai dengan 4.000 meter.
Ia meminta masyarakat lebih berhati-hat dan waspada dalam perjalanan terutama transportasi laut. BMKG memantau jumlah titik api yang tersebar di Kepri dan sekitarnya masih banyak.
"Melihat kondisi hotspot yang hingga saat ini belum juga berkurang, maka kami menghimbau kepada masyarakat agar meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar mencegah jangan sampai terjadi peristiwa kebakaran hutan dan lahan baik dalam skala kecil maupun besar," jelas dia, dilansir Antara, Rabu (18/9).
Ia mengimbau masyarakat antara tidak membuang puntung rokok sembarangan, tidak membakar sampah sembarangan, tidak membuang sampah sembarangan, segera padamkan api sebelum menjadi besar, tidak membuka lahan dengan cara membakar.
Sementara itu, Kepala Pos Syahbandar Sekupang, P Samosir menyatakan meski jarak pandang berkurang namun belum ada pelayaran yang dibatalkan. "Sementara ini belum ada penundaan," ujar dia.
Ia mengatakan Syahbandar sudah menginformasikan ke kapten kapal mengenai kondisi asap tebal. "Kalau masih 1,5 mil masih bisa. Asap tetap tampak," tegas dia.
Semakin Parah
Kepungan asap di Kalimantan sulit dihilangkan. Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji mengatakan, berbagai upaya untuk pemadaman api pada hutan dan lahan yang terbakar sudah dilakukan. Namun, dengan luas lahan yang terbakar dan sebagian api berada di lahan gambut, sehingga akan sulit untuk dipadamkan.
"Mau disiram pakai apa pun tidak mungkin menghilangkan asap, kecuali hujan. Hujan itu perkiraan hari Jumat baru ada dan kita saat ini berupaya meminta pertolongan Allah, agar Kalbar segera turun hujan," tuturnya, dilansir Antara.
Mantan Wali Kota Pontianak dua periode itu menambahkan, kondisi asap yang semakin parah di Kalbar telah menyebabkan kerugian ekonomi cukup besar. Belum lagi masalah kesehatan yang membuat kasus ISPA di provinsi itu terus meningkat.
Bisa dilihat sendiri, katanya, sudah beberapa hari terakhir, banyak penerbangan yang batal karena pesawat tidak bisa mendarat. Belum lagi sekolah terus diliburkan.
"Aktivitas ekonomi terganggu dan banyak masyarakat yang sakit. Pembakaran lahan ini jelas adalah kejahatan kemanusiaan yang harus ditindak tegas. Yang kasihan itu masyarakat yang penderita Asma. Mereka yang asma ini harus kita tangani dengan benar," katanya usai menggelar Salat Istisqa untuk memohon kepada Allah SWT agar hujan turun dan asap yang mengancam kesehatan bisa sirna. (Syahrul Munir)