18 Agustus 2018
12:00 WIB
JAKARTA -Jalan Jaksa di Kelurahan Kebun Sirih Jakarta terkenal sebagai salah satu daerah tujuan wisatawan mancanegara. Namun sayangnya, kondisi di sana tak lagi layak disebut sebagai tujuan wisata. Berbagai kafe, penginapan, dan restauran di jalan sepanjang 400 meter ini kini sepi pengunjung. Bahkan, kini hanya dua kafe yang masih bertahan di jalan ini.
Pengurus Komunitas Pemuda menyatakan usaha pariwisata di jalan ini terancam gulung tikar akibat sepinya warga negara asing yang berkunjung ke wilayah tersebut.
Salah satu pengurus Komunitas Pemuda Jalan Jaksa, Encek, mengungkapkan bahwa Jalan Jaksa kini sepi turis asing. Hal itu terjadi semenjak adanya larangan parkir kendaraan dan pembersihan jalan dari pedagang kaki lima.
"Biasanya banyak bule backpacker (peransel) kesini, tahun lalu juga kesini. Tapi sejak penutupan jalan, orang nggak boleh parkir dan jualan di pinggiran sini. Padahal, banyak bule yang suka duduk pinggir jalan," ujar Encek.

Encek menuturkan, penutupan jalan tersebut dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak dua tahun lalu. Hingga kini, lahan untuk parkir maupun berdagang asongan pun belum ada.
Ini berdampak pada berkurangnya turis asing. Ujungnya, juga berimbas pada beberapa kegiatan usaha yang berpindah tempat, bahkan perlahan akan gulung tikar.
"Di Jalan Jaksa ini sekarang cuma ada dua kafe yang masih bertahan. Kalau dua-duanya sudah terjual, habis sudah Jalan Jaksa," imbuhnya.
Hal senada juga diutarakan salah satu pengurus RT 02/05 bernama Tatiek yang puluhan tahun tinggal di sana. Belakangan, dia menyadari kunjungan turis asing maupun ekspatriat sangat berkurang drastis.
"Sejak jalan ini tidak boleh parkir dan tidak ada yang jualan, bule-bule juga tidak bisa jajan-jajan. Mereka sudah setahunan tidak terlihat banyak main kesini," ujarnya.

Minim Ikut Lomba
Kondisi ini jelas terlihat dari partisipasi warga negara asing saat acara lomba dalam peringatan Kemerdekaan RI yang digelar mulai Jumat sore, kemarin. Biasanya, acara HUT Kemerdekaan Ri dirayakan ramai oleh wisatawan. Namun, kemarin, beberapa di antaranya hanya berlalu lalang dan menyaksikan acara sebentar saja. Kondisi tersebut tidak seperti tahun lalu yang masih ramai dan meriah dengan pertarungan sengit dalam lomba meriah antara WNA dan WNI.
Acara HUT RI ke-73 yang digelar Memories Cafe dan Komunitas Pemuda Jalan Jaksa tersebut tetap meriah dengan partisipasi dari berbagai kalangan masyarakat di Kelurahan Kebon Sirih. Mengusung tema "Salam Merah Putih", acara tersebut memperlombakan permainan tradisional seperti balap karung, tusuk balon, makan krupuk, bakiak dan lain sebagainya.
"Acara ini terbuka bagi siapa saja yang mau ikut, semua warga Indonesia dan internasional bisa langsung ikutan. Daftarnya seperti biasa spontanitas saja," ujar ketua panitia perlombaan kemerdekaan tersebut, Jangki, yang dikutip dari Antara.
Semakin sore, acara semakin meriah dengan kedatangan bakal Calon Wakil Presiden pasangan Prabowo Subianto, Sandiaga Uno. Setelah mengisi acara dengan bernyanyi bersama warga diiringi band musik reggae Steven Jam, Sandiaga mengikuti lomba balap karung yang akhirnya diikuti oleh hanya seorang turis asing wanita.
Jalan Jaksa mulai dikenal orang pada akhir 1960-an. Mulanya adalah Wisma Delima, milik Nathanael Lawalata yang dikenal di International Youth Hostel Federation (IYHF) yang berada di sana. Lawalata yang juga sekretaris jenderal Asosiasi Pemuda Indonesia mengubah rumahnya menjadi hotel .
Dari hotel ini, kemudian banyak hotel dan kafe berdiri kemudian. Jalan Jaksa pun masuk dalam buku panduan perjalanan terkenal seperti Lonely Planet. Puncak kejayaannya adalah pada 90’an. Dinas Pariwisata Jakarta mencatat hampir 60 ribu wisatawan mancanegara telah menetap di hotel dan hostel di sepanjang jalan ini dan sekitarnya. Di wilayah ini juga dimulai Festival Jalan Jaksa pada 1994 yang tujuannya mempopulerkan budaya Betawi.
Kini, pamor Jalan Jaksa semakin memudar. Wisatawan kian enggan ke sana. (Rikando Somba)