21 Mei 2018
09:22 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA — Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) seyogianya menjadi momentum dan pelecut bagi setiap elemen bangsa dalam menjaga persatuan serta perdamaian di Indonesia, terkhusus Polri sebagai aparat penegak hukum dan TNI sebagai penjaga kedaulatan negara bahu-membahu menumpaskan terorisme yang mendestruksi persatuan dan mengancam stabilitas nasional.
Polri bersama TNI memiliki tugas berat menghancurkan terorisme hingga ke sel terkecil, terlebih eskalasi potensi gangguan keamanan yang dikhawatirkan ditunggangi oleh kepentingan kelompok-kelompok tertentu di tahun politik, yakni Pilkada Serentak 2018 dan pemilu serentak di tahun 2019.
“Tugas berat memang disandang Polri dan TNI. Tapi saya yakin Polri dan TNI mampu mengamankan Indonesia jelang pemilu serentak. Polri di bawah pimpinan Jenderal Tito Karnavian tentunya paham mengenai terorisme hingga ke sel terkecil, terbukti dengan rentetan penangkapan terduga teroris saat ini,” kata Anggota Komisi III DPR Ahmad Sahroni, Senin (21/5).
Ihwal wacana pembentukan Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopsusgab) di bawah kewenangan Panglima TNI yang rencananya dibentuk oleh pemerintah, menurut Sahri semangatnya adalah membantu Polri dalam pemberantasan terorisme.
"Koopsusgab terdiri dari sejumlah satuan elite matra darat, laut dan udara harus bersinergi kuat bersama Polri melawan teroris yang mengacaukan negara kita,” lanjut Sahroni.
Ditetapkannya Hari Kebangkitan Nasional oleh Presiden Soekarno menurut Sahroni didasari oleh kelahiran Budi Utomo yang didirikan oleh para pelajar di School Tot Opleiding Van Inlands Artsen (STOVIA) di tahun 1908 sebagai simbol bangsa Indonesia mulai bangkit untuk melawan penjajahan, dan dalam konteks kekinian adalah berjuang mempertahankan kemerdekaan dari upaya terorisme.
“Kita tidak perlu lagi angkat senjata memerangi penjajah, tapi melawan terorisme yang dapat merusak fundamental dan ideologi hingga mengganggu stabilitas nasional,” pesan Sahroni.
Ia juga menegaskan bahwa sesungguhnya pesan moral lainnya dari Harkitnas adalah menghormati keberagaman mengingat negeri ini diperjuangkan dan akhirnya memperoleh kemerdekaan dari darah-darah pahlawan dengan latar belakang, budaya, suku, etnis dan agama yang berbeda-beda pula.
“Dulu kita semua bersatu, agama apapun atau suku apapun di tanah pertiwi melawan penjajah. Tugas kita sekarang menjaga persatuan itu. Jangan mau dipecah belah dengan berlatar belakang SARA,” tegasnya.
Dalam kondisi bangsa seperti saat ini Sahroni mengingatkan semua pihak tak saling menyalahkan satu sama lain saat terjadi aksi bom bunuh diri yang menjadi wujud terorisme. Persoalan terorisme dipandangnya tak hanya menjadi tanggung jawab Polri dan TNI, tapi semua unsur pemerintahan dan masyarakat.(Rafael Sebayang)