24 Juni 2019
11:15 WIB
JAYAPURA - Sebagian besar warga panik dan berhamburan keluar rumah saat terjadi gempa bumi tektonik bermagnitudo 6,0 mengguncang Kabupaten Mamberamo Raya, Senin (24/6) pukul 10.45 WIT. Warga yang berdomisili di Kabupaten Sarmi, Papua lari berhamburan keluar rumah akibat gempa bumi tektonik yang terjadi cukup lama tersebut.
Yosua Tibut, salah satu warga Kampung Ansudu II, Sarmi ketika dikonfirmasi dari Jayapura, Senin, mengatakan tetatangganya berlarian keluar rumah walaupun guncangan gempa itu tidak terlalu kuat. Mereka merasakan guncangan gempa bumi itu pada pukul 10.00 WIT.
"Di Kampung kami guncangannya tidak terlalu kuat tetapi cukup lama sehingga membuat warga panik dan lari keluar rumah," kata Yosua.
Menurut Yosua, dari informasi yang didapat dari keluarganya di Sarmi Kota, gempa bumi itu guncangannya sangat terasa di wilayah Sarmi Kota. Sebagian warga berlarian keluar dari rumah mereka karena guncangan gempa.
"Keluarga di Sarmi menyampaikan soal guncangan gempa itu, bahkan para pegawai yang bekerja di kantor juga terpaksa lari keluar karena guncangannya cukup kuat," katanya.

Meski demikian, tambah dia, belum dikabarkan ada kerusakan akibat gempa bumi tektonik yang terjadi di Kabupaten Mamberamo Raya itu.
Sebelumnya, berdasarkan informasi Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono yang diterima di Jakarta, Senin setelah dilakukan pemutakhiran kekuatan gempa bumi menjadi magnitudo 6,1.
Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2,67 LS dan 138,76 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 85 km arah tenggara Kota Burmeso, Kabupaten Memberamo Raya, Provinsi Papua pada kedalaman 10 km. Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal yaitu sistem Sesar Yapen.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi dipicu oleh penyesaran miring yang merupakan kombinasi antara pergerakan mendatar dan naik (oblique-thrust). Guncangan gempa dilaporkan dirasakan di Sarmi III-IV MMI, Jayapura II-III MMI di Jayapura, dan Wamena II MMI.
Laut Banda
Di hari yang sama, gempa bumi bermagnitudo 7,7 terjadi di Laut Banda atau berjarak 245 Kilometer Barat Laut Maluku Barat Daya pada Senin (24/6) pukul 09:53:39 WIB akibat dari aktivitas subduksi Laut Banda.
Informasi dari Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono yang diterima di Jakarta, Senin, gempa tersebut dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan geser (strike-slip fault).
Dari hasil analisa BMKG kekuatan gempa yang dimutakhirkan menjadi magnitudo 7,4 itu berlokasi di laut pada jarak 289 km arah Barat laut Kota Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Propinsi Maluku pada kedalaman 220 km.
Guncangan gempa bumi dilaporkan dirasakan di daerah Saumlaki V MMI, Tual III-IV MMI, Subawa dan Sorong III MMI, Dobo, Alor, Fak-Fak dan Kupang II-III MMI, Manokwari, Bima, Dompu, Banda, Waingapu, Ambon, Bula, Nabire, Merauke, Denpasar, dan Puncak Jaya II MMI.
Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tidak berpotensi tsunami. Hingga pukul 10.13 WIB, Hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).
Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan tetap memantau informasi yang dikeluarkan BMKG. (Syahrul Munir)