02 Oktober 2018
17:14 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
PEKANBARU – Dinas Sosial dan Pemakaman (Dinsoskam) Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, mencatat sebanyak 95% gelandangan dan pengemis penyandang masalah di Pekanbaru berasal dari wilayah di luar Pekanbaru.
Alasan kedatangan para gelandang ke Pekanbaru dijelaskan Ketua Seksi Rumah Tangga Sasaran (RTS)-Korban Tindak Kekerasan dan Perdagangan Orang, Dinsoskam Pekanbaru, A. Benazir umumnya untuk mencari penghidupan.
“Para gelandangan dan pengemis tersebut mayoritas berasal dari Sumatra Barat (Sumbar.red), sisanya dari Sumatra Utara (Sumut.red) dan daerah lainnya,” tukas Benazir, seperti dilansir Antara, Selasa (2/10).
Pekanbaru memang dikenal sebagai salah satu pusat perekonomian terbesar di bagian timur Pulau Sumatra. Tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi di kota ini juga terbilang tinggi akibat perindustrian minyak, kertas, dan perkebunan kelapa sawit yang berkembang pesat. Wajar jika Pekanbaru kemudian menjadi sasaran pencari kerja.
Namun, Benazir menegaskan para gelandangan tetap harus ditertibkan walaupun tujuan kedatangannya ke Kota Bertuah ini adalah untuk mencari nafkah. Penertiban, dijelaskan Benazir, sudah tercantum dalam peraturan yang jelas.
Adapun penertiban gelandangan dilakukan oleh Dinsoskam dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) melalui razia gabungan. Para gelandangan yang berasal dari luar Pekanbaru sudah dipulangkan ke wilayah asalnya masing-masing pada Agustus dan September lalu.
“Pemulangan para gelandangan dan pengemis tersebut dilakukan tetap berkoordinasi dengan dinas sosial daerah asal mereka, seperti Sumatra Barat dan Sumatra Utara, sebab mereka menjadi tanggung jawab instansi daerah asal,” ujar Benazir.
Kebijakan pemulangan gelandangan ke daerah asal ditambahkan Benazir merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan sosial di Pekanbaru yang bermotto “Kota Melayu, Kota Madani”. Motto tersebut merupakan penggambaran Pekanbaru yang bernuansa Melayu dan identik dengan Islam.
Diakui Benazir, penertiban gelandangan tidak berjalan mulus. Pihaknya mengalami kendala, terutama ketersediaan anggaran yang tidak memadai.
“Kendati anggaran tersedia minim, namun kami tetap berupaya melakukan penanganan secara maksimal, agar kota ini tetap menjadi tertib, indah berestetika sebagai kota metropolitan,” jelas Benazir.
Gelandangan sendiri erat kaitannya dengan kemiskinan. Adapun jumlah penduduk miskin di Pekanbaru berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik 2017 adalah sebanyak 473.788 jiwa dari total penduduk 33,09 juta jiwa atau sekitar 3,05%. Angka kemiskinan tersebut mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir, dari 3,27% pada 2015 dan 3,07% pada 2016. (Elisabet Hasibuan)