07 Desember 2019
17:43 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Fenomena tawon Vespa Affinis atau tawon Ndas yang akhir-akhir ini marak ditemui di permukiman warga, diduga disebabkan karena semakin sempitnya habitat asli mereka. Akibatnya, kawanan tawon ndas tersebut mencari tempat untuk dijadikan habitat baru, tidak tertutup kemungkinan ke wilayah sekitar rumah.
Peneliti tawon dan lebah dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hari Nugroho mengatakan, habitat asli tawon ndas, seperti kawasan pinggir hutan semakin berkurang. Hal itu disebabkan karena konversi tata guna lahan. Dengan demikian terjadi pergeseran tempat hidup atau habitatnya.
"Karena tawon sudah berpindah ke lingkungan permukiman, akan ada kecenderungan dia di sekitar kita terus. Sehingga yang bisa kita lakukan adalah hidup berdamai dengan tawon," ungkap Hari kepada Validnews, Sabtu (7/12).
Dikatakan, meski terjadi pergeseran ke wilayah warga, belum dapat dipastikan apakah akan terjadi pertambahan populasi tawon ndas di wilayah tersebut. Untuk mengetahui hal itu, kata dia, diperlukan sebuah riset panjang.
Selain itu, berpindahnya habitat tawon ndas ke sekitaran perumahan warga juga mungkin terjadi karena adanya sumber-sumber makanan bagi para tawon. Oleh karenanya, tingkat kebersihan lingkungan sekitar juga menjadi salah satu faktor pendukung.
"Ketika ada banyak tempat sampah terbuka, misal di tempat sampah umum, itu bisa menjadi salah satu sumber pakan dari tawon. Tawon akan ke situ untuk mencari sisa daging yang sudah setengah membusuk, sisa buah atau sayur yang terfermentasi," jelasnya.
Atas fenomena tersebut, kata dia, memang diperlukan langkah-langkah pengendalian, baik dengan cara pemindahan maupun dengan pemusnahan sarang. Namun semua itu harus dilakukan sesuai prosedur dengan mempertimbangkan sejumlah aspek.
Pemusnahan sejatinya dapat dilakukan jika sudah sangat membahayakan masyarakat di sekitar. Pasalnya, sengatan tawon ndas dapat menyebabkan kematian. Hal itu sudah terjadi di sejumlah daerah, salah satunya di Jawa Tengah.
Namun, pemusnahan yang dilakukan secara besar-besaran nantinya juga dapat berpengaruh kepada keseimbangan ekosistem.
"Kalau (sarang) agak jauh dan kira-kira di pohon tinggi, dan tidak terlalu membahayakan, kami sebenarnya tidak merekomendasikan untuk dipindah. Karena memang tawon ini punya juga fungsi ekologi," terang Hari.
Untuk diketahui, serangan tawon Vespa affinis yang terjadi di Jawa Tengah beberapa waktu lalu sempat meresahkan masyarakat. Selama kurun waktu 2017 hingga November 2019 terdapat 10 korban meninggal dunia dan lebih dari 250 korban dirawat di rumah sakit akibat sengatan tawon tersebut. (Shanies Tri Pinasthi)