12 Oktober 2018
10:30 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Pidato calon presiden pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang menyebut sistem perekonomian saat ini sebagai ekonomi kebodohan mendapat respons keras dari pesaingnya.
Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi/Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto, menilai serangan ekonomi kebodohan ini menunjukkan adanya kepura-puraan tentang sejarah masa lalu.
"Beliau pura-pura lupa dengan sejarah, lalu menimpakan hal tersebut sebagai kesalahan Presiden Jokowi. Padahal, dari aspek elementer saja, Pak Prabowo tidak bisa membedakan antara penganiayaan dan operasi atau mark-up wajah," ujar Hasto Kristiyanto seperti diberitakan Antara pada Jumat (12/10).
Hasto menjelaskan jika serangan terhadap calon presiden Joko Widodo itu justru akan menimbulkan serangan balik dari rakyat. "Pernyataan Pak Prabowo tersebut sama saja dengan menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri," katanya.
Hasto pun berharap sebagai capres seharusnya memberikan narasi positif bagi Indonesia, bukan justru merendahkan derajat dan martabat rakyatnya sendiri dengan membodohkan sistem ekonomi bangsanya.
Sebelumnya pidato Prabowo saat Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) menyebut sistem perekonomian saat ini sebagai ekonomi kebodohan.
"Ini menurut saya bukan ekonomi neolib lagi, ini lebih parah dari neolib. Ini menurut saya ekonomi kebodohan. 'The economics of stupidity'. Ini yang terjadi," kata Prabowo.
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga membahas slogan kampanye Presiden AS Donald Trump yang menurutnya bisa diadopsi bangsa Indonesia.
"Begitu AS merasa kalah bersaing dengan China, mereka menyatakan perang dagang, tidak ada 'free trade'. Kenapa mereka mengatakan 'America First, Make America Great Again', dia mengatakan 'the important sign is American job'," kata Prabowo.
Sementara di Indonesia tidak ada yang berani melontarkan hal tersebut padahal untuk rakyat.
"Kok, bangsa ini tidak berani mengatakan bagi bangsa Indonesia, 'Indonesia First, Make Indonesia Great Again'. Mengapa pemimpin Indonesia tidak ada yang berani mengatakan yang penting adalah 'pekerjaan bagi rakyat Indonesia'," katanya. (Fuad Rizky)