06 Juli 2020
19:38 WIB
JAKARTA - Kalung eucalyptus yang dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbangtan) diklaim Menteri Syahrul Yasin Limpo (SYL) mampu menangkal virus COVID-19. Klaim ini pun lantas memicu kehebohan.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ramai-ramai menyarankan agar Menteri Pertanian SYL fokus pada sektor pertanian yang menjadi tugas kerjanya, bukan berjualan obat atau antivirus. Dewan juga mengingatkan agar tidak ada penggunaan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) untuk kepentingan tersebut, mengingtat Menteri SYL mengatakan akan memproduksinya massal.
Dewan juga menegaskan akan membahas dan menanyakan kontroversi ini di Rapat Kerja dengan Kementan. Wakil Ketua Komisi IV DPR, Daniel Johan mengingatkan, Kementerian Pertanian pernah sepintas membahas soal kalung eucalyptus dalam rapat bersama Komisi IV. Tapi, Komisi IV saat itu memberi saran agar fokus mensejahterakan petani.
“Fokus saja ke pangan dan peningkatan kesejahteraan petani. Terserah saja (diproduksi massal.red) selama enggak pakai APBN. Kalau pakai APBN, ya, jangan,” ujar Daniel yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkita Bangsa (PKB) ini di Jakarta, Senin (6/7/2020).
Kementerian Pertanian di sisi lain, menyatakan akan menggandeng PT Eagle Indo Pharma (Cap Lang) untuk memproduksi kalung antivirus tersebut. Perjanjiannya sudah diteken lisensi formula antivirus berbasis minyak eucalyptus di Bogor pada pertengahan bulan Mei 2020.
Dengan demikian, Daniel akan menanyakan kerja sama antara Kementerian Pertanian dengan Cap Lang ini dalam upaya memproduksi massa kalung antivirus eucalyptus tersebut saat rapat kerja pada Selasa, 7 Juli 2020. DPR bakal mempertanyakan, apa keuntungan Kementan dan PNBP yang harusnya ada dari kerjasama tersebut.
Anggota Komisi IV dari Fraksi PKS Andi Akmal Pasluddin pun mengkritik rencana produksi massal kalung itu. Kolega sefraksi Andi, yakni Mardani Ali Sera juga menyarankan senada. Mereka mengingatkan, tugas Mentan adalah mengurus pangan, bukan urusan antivirus yang perlu diuji dulu secara ilmiah.
"Publik perlu harus tahu dan Komisi IV juga harus tahu, apakah sudah melalui kajian yang dalam? Apakah sudah dipraktikkan juga ke orang-orang yang kena Corona, dengan adanya kalung itu tidak kena. Itu kan harus ada penjelasan ya," kata Andi Akmal Pasluddin, di kesempatan terpisah.
Basis Riset
Anggota Komisi IX DPR RI Muchamad Nabil Haroen atau Gus Nabil juga mengingatkan, Kementan harus menunjukkan basis riset terkait inovasi kalung anti-Corona yang dipublikasikannya. Dia menyatakan, jangan alih-alih ingin berinovasi, tapi malah memancing pro-kontra karena kurang basis risetnya. Pengungkapan inovasi tanpa hasil riset akhirnya menjadi bulan-bulanan kritikan.
"Kementan harus berhati-hati dan mendasarkan pada riset yang jelas, sebelum mengeluarkan inovasi untuk publik," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama (NU) itu.
Dari sisi medis, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam meminta Mentan SYL tidak asal klaim kalung eucalyptus itu mampu menangkal virus corona. Ia mengatakan, produk-produk kayu putih yang ada dalam bentuk inhaler, roll on yang sebagian sudah disetujui BPOM itu tetap keberadaannya bukan sebagai antivirus. Ari tidak setuju jika kalung eucalyptus disebut sebagai kalung antivirus.
Namun, ia juga meminta masyarakat tidak skeptis dengan hasil penelitian in vitro yang menyebutkan eucalyptus (minyak kayu putih) ada efek positif untuk corona. Akan tetapi, tidak boleh berlebihan beranggapan hasil penelitian in vitro ini langsung diklaim sebagai antivirus covid-19.
“Cukuplah disebut kalung kayu putih atau kalung eucalyptus. Saya berharap riset eucalyptus ini berlanjut karena minyak kayu putih memang sudah kita gunakan sejak dahulu kala, sampai hari ini untuk berbagai masalah kesehatan,” jelas dia.
Sebaliknya, Kepala Badan Litbang Pertanian Fadjry Djufry menjelaskan, sampai saat ini banyak negara yang berlomba menemukan antivirus corona termasuk Indonesia. Maka, pemerintah melalui kementerian atau lembaga terus mencoba mencari cara dan menemukan obat untuk mencegah serta menangani virus corona tersebut.
Nah, Balitbang Kementerian Pertanian, lanjutnya, menemukan inovasi kalung eucalyptus. Menurutnya, ecalyptus sendiri selama ini dikenal mampu bekerja melegakan saluran pernapasan, menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual dan mencegah penyakit mulut.
"Jadi ini bisa membunuh, kalau kontak 15 menit dia bisa membunuh 42% dari Corona. Kalau dia 30 menit maka dia bisa 80%. Ini ada roll-nya. Kalau kita kena iris pisau, berdarah, kasih ini, bisa tertutup lukanya," ujar Syahrul usai bertemu dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. (Faisal Rachman)