08 September 2020
17:05 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
PONTIANAK – Banyak sekolah di daerah masih kebingungan menerapkan pembelajaran dalam jaringan (daring). Setidaknya hal ini diakui oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat Muhammad Ayub terjadi di daerahnya.
"Tidak bisa memungkiri, proses belajar mengajar melalui daring itu terdapat beberapa sekolah yang masih kebingungan karena belum memahami sistem ini. Namun dengan monev yang telah dilakukan, kita terus mendorong agar sekolah-sekolah ini tidak vakum dengan aktivitas proses belajar-mengajar," kata Ayub di Sungai Raya, seperti dilansir Antara, Selasa (8/9).
Untuk itu, pihaknya terus melakukan monitoring dan evaluasi (monev) proses belajar-mengajar melalui daring untuk mengoptimalkan proses pembelajaran bagi siswa SD dan SMP di masa pandemi covid-19.
"Monev yang kita lakukan ini bukan bagian dari inspeksi mendadak (sidak). Namun monev ini bertujuan untuk mendorong dan mengoptimalkan proses belajar-mengajar melalui sistem daring di masa tatanan kehidupan baru," tuturnya.
Ayub menambahkan, pihaknya menemukan ada beberapa sekolah yang melakukan proses belajar-mengajar dengan daring, namun ada juga yang melakukan dengan manual.
Selain itu, ditemukan juga sekolah di wilayah tertentu yang tidak ada kegiatan proses belajar-mengajar. Sebab guru di sana tidak memberikan tugas bagi siswanya. Kondisi ini kata Ayub tentu dipertanyakan orang tua murid.
"Melalui daring ini kan proses belajar mengajar jarak jauh dengan menggunakan aplikasi Zoom, atau guru menghubungi orang tua murid untuk mengajukan tugas sekolah kepada anaknya melalui aplikasi WhatsApp. Sedangkan yang manual ini, orang tua yang datang mengambil tugas dan guru yang menjelaskan cara pengerjaannya terutama bagi kelas-kelas rendah," katanya.
Sementara bagi kelas yang tinggi, lanjutnya, adanya perwakilan siswa yang datang atau salah satu keluarga siswa mendapatkan penjelasan dari sekolah. Selanjutnya pihak sekolah menyerahkan tugas bagi siswa.
Namun ada juga sekolah yang menyerahkan tugas melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) atau lembaran tugas yang sudah difotokopi. Apabila belum memahami tugasnya, siswa maupun orang tua siswa berkomunikasi dengan guru melalui WhatsApp maupun via telepon.
Pihaknya terus melakukan pengawasan dan monitoring guna mengoptimalkan proses belajar-mengajar sistem daring ini. Namun, karena keterbatasan anggaran, pihaknya saat ini hanya bisa melakukan monev di sekolah-sekolah di lima kecamatan saja. Di antaranya, Kecamatan Sungai Raya, Sungai Kakap, Sungai Ambawang, Kuala Mandor B dan Kecamatan Rasau Jaya.
Selain monev di sekolah, pihaknya juga sedang melakukan program terobosan yang sudah disosialisasikan ke pengawas sekolah, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) maupun di Kegiatan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) terkait program Patihan Mandiri bagi mereka yang sudah mendapatkan tunjangan profesi bagi guru, pengawas maupun kepala sekolah.
Dalam pelatihan mandiri ini, mereka diarahkan untuk menyisihkan anggaran yang didapat untuk keperluan mereka sendiri dengan mengikuti pelatihan peningkatan kompentesi. "Artinya tidak semua anggaran sertifikasi profesi itu larinya ke dapur saja, melainkan harus ada anggaran yang harus disisihkan untuk keperluan mereka sendiri melalui program peningkatan kompetensi," kata Ayub. (Nofanolo Zagoto)