c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

12 Juli 2018

14:01 WIB

BPJS Prioritaskan Trastuzumab Buat Penderita Kanker Stadium Awal

Pemberian trastuzumab pada stadium awal memberikan kesempatan penyembuhan yang lebih tinggi

Editor: Agung Muhammad Fatwa

BPJS Prioritaskan Trastuzumab Buat Penderita Kanker Stadium Awal
BPJS Prioritaskan Trastuzumab Buat Penderita Kanker Stadium Awal
lustrasi. Pemeriksaan payudara oleh Petugas kesehatan dari Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (kanan) dengan alat mamografi di Mobil Mamografi Pertamina Peduli Kesehatan di Jakarta. (ANTARA FOTO/Teresia May)

JAKARTA ­- Dokter Hematologi-Onkologi Medik Rumah Sakit Kanker Dharmais Nugroho Prayogo menjelaskan alasan sebagian obat kanker payudara trastuzumab tidak lagi dijamin dalam layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Seperti dilansir Antara, Kamis (12/7), Nugroho menyatakan kebijakan itu dilakukan melihat efektivitas manfaat dan efektivitas biaya dari penggunaan obat itu bagi pengidap kanker. Utamanya karena efektivitas pemberian trastuzumab pada pengidap kanker di tiap stadium berbeda-beda.

"Untuk stadium awal memberikan kesembuhan jelas, kesempatan hidupnya jauh lebih lama," kata Nugroho.

Dijelaskan Nugroho, jika pemberian pada stadium awal, trastuzumab memberikan kesempatan penyembuhan yang lebih tinggi. Sedangkan efektivitas trastuzumab pada kanker stadium IV atau metastasis, yaitu sel kanker sudah menyebar ke sejumlah organ lainnya, berfungsi untuk memperpanjang kesempatan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.

Nugroho menjabarkan angka harapan hidup seseorang pada kanker payudara stadium 0 ialah 100%, pada stadium I 98%, stadium II 88%, stadium III 52%, sedangkan pada stadium IV 16%.

Nugroho juga mengungkapkan biaya untuk pemberian obat trastuzumab pada pasien kanker payudara bisa mencapai Rp15-20 juta satu kali pengobatan. Sedangkan pasien setidaknya harus melakukan lima hingga delapan kali pemberian trastuzumab dalam satu periode pengobatan.

Berdasarkan temuan itu, saat ini kebijakan BPJS Kesehatan dibalik dengan memberikan jaminan trastuzumab pada pengidap kanker payudara stadium awal. Sebab sebelumnya BPJS Kesehatan justru memberikan jaminan pengobatan trastuzumab pada pengidap kanker stadium metastasis dan tidak menjamin untuk stadium awal.

Kebijakan ini sebelumnya juga telah disampaikan Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Maya Amiarny Rusady. Pada kesempatan sebelumnya ia menegaskan obat untuk kanker payudara trastuzumab masih dijamin dalam program Jaminan Kesehatan Nasional.

Namun ia menggarisbawahi jaminan trastuzumab diberikan pada pengidap kanker payudara stadium awal dengan merujuk pertimbangan Dewan Pertimbangan Klinis yang menyatakan efektivitas pemberian trastuzumab di tiap stadium.

Meski trastuzumab sudah tidak lagi dijamin bagi pengidap kanker payudara stadium metastasis, Maya mengatakan BPJS Kesehatan memasukan obat-obatan lain dalam formularium nasional yang bisa menjadi alternatif untuk pengobatan kanker payudara pengganti trastuzumab.

Pengobatan trastuzumab di Indonesia sebelumnya hanya tersedia dalam bentuk infus intrave (IV). Namun sejak 23 Mei 2018, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akhirnya memberikan izin peredaran trastuzumab subkutan (trastuzumab dalam bentuk injeksi) melalui perusahaan farmasi Roche Indonesia.

Di Indonesia sendiri,  trastuzumab telah digunakan sebagai pengobatan untuk sekitar 22,8% penderita kanker payudara di Indonesia. Penggunaan obat ini telah terbukti dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan menurunkan risiko kekambuhan bagi penderita kanker payudara dini. Sedang untuk penderita kanker payudara stadium lanjut, obat ini mampu memperbaiki kualitas dan panjangnya hidup penderita.

Beberapa dokter menilai, keberadaan trastuzumab subkutan di Indonesia dapat mempercepat proses pemberian obat hingga menghemat sumber daya tenaga kesehatan. Pasalnya, sebelumnya melalui pengobatan trastuzumab dengan infus intravena memerlukan waktu 30 sampai 90 menit. Tapi sekarang trastuzumab subkutan dapat diberikan melalui injeksi di paha bagian atas pasien dengan hanya menghabiskan waktu 2 sampai 5 menit saja. (Bernadette Aderi)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar