c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

03 Oktober 2020

13:21 WIB

Angka Golput Diprediksi Tinggi

Banyaknya janji kampanye yang tidak direalisasi menjadi salah satu penyebabnya

Angka Golput Diprediksi Tinggi
Angka Golput Diprediksi Tinggi
Petugas KPU Kota Blitar memindai KTP warga saat sosialisasi Uji Publik Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pemilu 2020 di salah satu pasar tradisional di Kota Blitar, Jawa Timur, Minggu (27/9/2020). Uji publik tersebut guna menjaring tanggapan masyarakat terhadap data yang sudah diinput oleh KPU ke dalam DPS, untuk selanjutnya di tetapkan menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang direncanakan berlangsung pada 16 Oktober mendatang. ANTARAFOTO/Irfan Anshori

JAKARTA - Pengamat Politik, Pangi Syarwi Chaniago memprediksi angka pemilih golongan putih (Golput) di Pilkada Serentak 2020 masih tinggi. Bahkan, ia menyebut ada kemungkinan kotak kosong akan bisa menang karena angka partisipasi pemilih pada 9 Desember nanti tidak akan mencapai 50%.

"Golput pada pilkada 2020 saya pikir akan tinggi, bahkan ada potensi yang menang nanti Golput, karena partisipasi tidak sampai 50 persen, ini boleh jadi karena Pilkada yang tidak normal dipaksakan," ujar Pangi kepada Validnews, Sabtu (3/10).

Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang dinilai bisa menyebabkan angka Golput di Pilkada 2020 ini masih tinggi. Misalnya, tingginya keraguan masyarakat akan keamanan Pilkada di tengah pandemi. Sebagai catatan, pada Pilkada 2018 dengan kondisi normal saja tingkat partisipasi masyarakat tidak mencapai 60%.

Selain itu, Pangi menilai selama ini kepala daerah sudah kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Jadi, masyarakat terkesan sudah tidak peduli dengan sosok kepala daerah yang akan terpilih, karena terlalu banyak janji kampanye yang tidak ditunaikan oleh pejabat sebelumnya.

Pangi berpendapat, sejatinya tingkat partisipasi akan meningkat jika masyarakat masih percaya dengan janji, program, visi dan misi yang ditawarkan kandidat atau calon kepala daerah.

"Tapi sebaliknya, partisipasi akan rendah jika masyarakat kian tidak percaya, mereka merasa tidak ada perubahan, siapa pun yang terpilih tidak merubah kehidupannya, jadi bagi mereka pilkada tidak akan mengubah nasib mereka," tutur dia.

Masih Berharap Ditunda
Meski Pilkada 2020 tetap akan dilaksanakan pada 9 Desember nanti, Direktur Eksekutif Voxpol Centre Research and Consulting ini masih berharap Pilkada 2020 ditunda. Ia menilai, jika dipaksakan Indonesia akan mengalami catat demokrasi karena kurangnya tingkat partisipasi pemilih.

Pangi juga khawatir jika Pilkada dipaksakan, maka akan menjadi klaster baru penyebaran covid-19. Karena, kata dia, meskipun Peraturan KPU terbaru sudah diterbitkan, risiko ancaman penularan covid-19 pada Pilkada itu tetap tinggi.

Ia menyebut, Pilkada 2020 ini akan menjadi Pilkada dengan cacat demokrasi, karena rendahnya tingkat partisipasi masyarakat. Pasalnya, menurut dia, partisipasi politik menjadi penting sebagai acuan, baik sebagai variabel terpenting dari legitimasi rakyat bagian terpenting dari demokrasi.

"Demokrasi akan mati dengan sendirinya apabila partisipasi rendah. Pilkada 2020 ini adalah Pilkada yang menggalami cacat bawaan demokrasi karena legitimasinya rendah akibat menurunnya partisipasi politik warga," tandas Pangi. (Gisesya Ranggawari)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar