29 Agustus 2019
12:23 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
DEPOK – Ahli geofisika dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (UI) Supriyanto membuat perangkat yang dinamai Earthquake Warning Alert System (EWAS). Perangkat ini untuk mendeteksi gempa bumi.
"Alat ini dirancang khusus sebagai pengganti panca indera manusia, yang mampu mendeteksi kehadiran bencana gempa bumi," kata Supriyanto di kampus Universitas Indonesia di Depok, seperti dilansir Antara, Kamis (29/8).
Dia mengatakan, EWAS memungkinkan pendeteksian kehadiran gempa bumi secara seketika dan menyampaikan segera informasi mengenai datangnya gempa pada warga hanya dalam waktu kurang dari lima detik.
EWAS memanfaatkan sensor getaran, sirene/alarm, dan modul komunikasi gelombang radio untuk mendeteksi getaran dalam kawasan yang luas seperti yang biasa digunakan pada alat komunikasi handy talky.
"Setiap kali terjadi gempa, suara alarm EWAS (bisa) terdengar hingga sudut-sudut desa, sehingga berhasil menyadarkan warga desa untuk secepatnya bereaksi menyelamatkan diri dengan keluar dari bangunan tempat tinggalnya," kata Supriyanto.
Kecepatan deteksi dan penyampaian informasi mengenai gempa memungkinkan warga segera mengamankan diri dan pemangku kepentingan terkait mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi dampaknya.
Perangkat yang membutuhkan daya listrik 20 watt itu kini telah dipatenkan serta diproduksi dan dipasang di beberapa daerah di Indonesia.
EWAS telah dipasang di wilayah yang pernah kena dampak gempa di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat dan Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Lebak, Banten.
Cara memasangnya tergolong mudah, warga bisa melakukannya sendiri berdasarkan petunjuk pemasangan yang disediakan.
Alat sejenis EWAS yang ada di pasaran harganya relatif mahal karena didatangkan dari luar negeri. Biaya operasional dan perawatannya pun tinggi.
Makanya, peneliti UI membuat EWAS agar tersedia perangkat deteksi gempa dengan harga serta biaya operasional dan perawatannya lebih rendah.
Guna menyediakan EWAS bagi masyarakat luas, Supriyanto tengah mendirikan sebuah perusahaan rintisan di bidang teknologi Geosinyal yang dikelola oleh dua dosen dan tiga mahasiswa UI dengan latar belakang ilmu kebumian dan instrumentasi. (Nofanolo Zagoto)