c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

12 November 2018

19:17 WIB

93 Juta Sampah Sedotan Plastik Per Hari

Sampah sedotan plastik masuk dalam 10 besar penyebab masalah serius di dunia

Editor: Agung Muhammad Fatwa

93 Juta Sampah Sedotan Plastik Per Hari
93 Juta Sampah Sedotan Plastik Per Hari
Ilustrasi. Sedotan plastik. (pixabay)

JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyayangkan tingginya penggunaan sedotan plastik di Indonesia. Setiap harinya, ada sekitar 93 juta sedotan plastik yang digunakan. Karena plastik sendiri lama terurai, hal ini menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, terutama di wilayah perairan.

“Ketika masuk ke perairan akan menyebabkan pencemaran dan mengancam kepunahan ekosistem dalam bentuk mikroplastik. Ini masalah serius yang dihadapi,” ujar Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun (PSLB3) Novrizal Tahar di Jakarta, seperti dilansir Antara, Senin (12/11).

Secara keseluruhan, kata Novrizal, terjadi peningkatan jumlah sampah plastik di Indonesia. Pada tahun 1995, jumlahnya baru sekitar 9%, sedangkan saat ini sudah mencapai 16%.

Ditambahkannya, sampah plastik yang paling banyak jumlahnya adalah kantong plastik sekali pakai, sedotan plastik, styrofoam dan lainnya yang berasal dari restoran, rumah makan maupun minuman kemasan. Oleh dunia, sedotan plastik masuk dalam 10 jenis sampah penyebab masalah serius.

Setiap tahunnya, sampah plastik menyebabkan kerusakan sepertiga biota laut, seperti kematian hewan-hewan laut akibat mengkonsumsi plastik dan sedotan yang bermuara ke laut. Selain itu, plastik juga berpotensi merusak terumbu karang.

Novrizal mengatakan, kerusakan terumbu karang sangat besar dampaknya. Bagaimana tidak, terumbu karang dikenal sebagai pemecah ombak, pelindung pantai dari erosi, banjir pantau maupun sejumlah perusakan lainnya akibat fenomena laut.

Terumbu karang juga jelas merupakan rumah bagi ikan dan biota-biota laut. Terkait penanganan sampah plastik, Novrizal mengungkapkan bahwa berdasarkan data KLHK sejumlah sampah plastik sudah didaur ulang oleh pelaku daur ulang. Sayang, sedotan belum termasuk di dalamnya karena nilai ekonomisnya yang terbilang rendah.

Baru satu restoran cepat saji, McDonald’s Indonesia yang diketahui telah memulai gerakan pengurangan sedotan plastik, yaitu gerakan #Mulaitanpasedotan. Komitmen seperti inilah yang menurut Novrizal perlu dikembangkan oleh dunia usaha.

“Harapannya ini bisa menjadi gaya hidup dan diikuti oleh produsen lain. Ini langkah besar dalam perubahan gaya hidup baik dari produsen maupun konsumen,” tutur Novrizal.

Hal tersebut diperkuat Associate Director of Communications McDonald’s Indonesia Sutji Lantyka yang menerangkan pihaknya memasukkan sedotan-sedotan plastik ke dalam peti sebagai tanda tidak digunakannya lagi sedotan plastik dalam setiap transaksi mereka, yaitu di 189 restoran McDonald’s yang tersebar di Indonesia.

“Gerakan ini bisa mendorong masyarakat untuk mengurangi sampah khususnya sedotan plastik. Karena itu kita ingin mengajak tidak lagi menggunakan sedotan plastik,” ujar Sutji. (Elisabet Hasibuan)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar