28 Oktober 2020
20:58 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Wilayah Indonesia praktis tak pernah berhenti menghadapi ancaman bencana. Kala kebakaran hutan dan lahan mulai mereda, bencana hidrometeorologi bermunculan. Kejadian longsor dan banjir silih berganti terjadi di pelbagai daerah.
Dalam kurun Januari hingga September 2020 saja, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 2.131 kejadian bencana alam. Dari ke semua peristiwa, 99% adalah bencana hidrometeorologi. Bencana banjir tercatat paling sering terjadi, yakni 791 kali. Lalu, puting beliung sebanyak 573 kali, dan tanah longsor 387 kali.
Beberapa bulan mendatang, bencana bisa saja lebih buruk. Sebab, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, wilayah Indonesia akan mengalami fenomena La Nina hingga Maret 2020. Curah hujan bulanan di Indonesia akan meningkat hingga 40% di atas normal.
Peneliti di Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Muhammad Fadli menerangkan, La Nina adalah fenomena berulang. Saban tiga tahun atau tujuh tahun sekali di Samudera Pasifik ada fenomena sama. La Nina merupakan kondisi ekstrem yang merupakan mekanisme alam untuk melepaskan kelebihan energi panas di dalam laut.
La Nina menyebabkan beberapa wilayah di Indonesia mengalami peningkatan curah hujan walaupun sudah memasuki musim panas. Bahkan beberapa daerah dapat saja mengalami musim penghujan yang begitu panjang.
Nah, pada akhir 2020 dan awal 2021 fenomena ini bisa lebih kuat seperti yang terjadi pada 1999, 2008 dan 2011. Waspada akan banjir, longsor, dan angin kencang menjadi keniscayaan.
"Bagi petani, petambak, pengusaha, harap waspada terhadap potensi gagal panen karena cuaca ekstrim ini," kata Fadli kepada Validnews, Rabu (28/10).
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah harus terus memantau kemunculan La Nina. Berbagai stasiun pengukuran parameter oseanografi (suhu, salinitas, dan arus) dan parameter meteorologi (suhu udara dan angin) yang tersebar di wilayah khatulistiwa Samudra Pasifik dan stasiun-stasiun pengamatan BMKG menjadi andalan.
Selanjutnya, BNPB dan BPBD sudah harus bersiap-siap dengan segala sumber daya dan infrastruktur yang ada untuk menghadapi bencana banjir, tanah longsor dan angin kencang. Daerah-daerah yang terdata sebagai daerah rawan banjir dan longsor perlu diberikan pembekalan informasi terkait protokol mengungsi.
Masyarakat juga perlu diberikan pengetahuan soal dampak bencana ini. Fadli menyerukan agar masyarakat untuk mempersiapkan tas darurat yang berisi pakaian, makanan dan obat-obatan.
Mereka yang tinggal di bantaran sungai juga wajib memantau informasi-informasi terkait kondisi level air di hulu sungai. Pengungsian juga harus disiapkan.
"Masyarakat yang tinggal di lereng-lereng curam, juga harus berhati-hati jika kondisi hujan deras dalam jangka waktu panjang sudah terjadi," ujar Fadli.

Karena diprediksi dampak La Nina bakal kuat, jumlah pengungsi banjir atau longsor pun diprediksi bakal banyak. Kondisi ini jelas berpotensi meningkatkan kerawanan masyarakat terjangkit penyakit, termasuk covid-19.
Padahal, beberapa penyakit, seperti demam berdarah, malaria, flu dan lainnya biasa bermunculan karena hujan turun terus-menerus. Rumah sakit diperkirakan akan semakin kerepotan karena juga harus menangani pasien covid-19.
Indonesia Tengah-Timur
Banyak pihak mengantisipasi ini. BMKG dan pusat layanan iklim lainnya, seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang) memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir tahun 2020. Diperkirakan baru akan berakhir sekitar Maret–April 2021.
Meski begitu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal mengatakan, dampak La Nina tak akan seragam di seluruh Indonesia. Pada Oktober–November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi sebagian besar wilayah Indonesia.
Pada Oktober ini, beberapa zona musim di wilayah Indonesia diperkirakan akan memasuki musim hujan. Di antaranya pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Pulau Bangka, Lampung, Banten, sebagian Jawa Barat, dan sebagian Jawa tengah.
Lalu, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian Kalimantan Barat, dan sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.
Sementara Aceh, Sumatra Utara, pantai timur Riau, pantai barat Sumatra, sebagian Jawa Barat dan Jawa Timur, serta sebagian besar Sulawesi, Maluku dan Papua diperkirakan akan mendapatkan hujan di atas normal pada periode November hingga Januari 2021. Pada periode Februari hingga April 2021, sebagian Sumatra, Sulawesi, Maluku dan Papua akan mendapatkan hujan di atas normal.
"Secara historis, wilayah Indonesia bagian tengah dan timur adalah wilayah yang banyak mengalami peningkatan curah hujan selama La Nina," kata Herizal.
Sediakan Tenda dan Hotel
Sejumlah mitigasi bencana juga terus dilakukan BNPB untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi yang dapat disebabkan La Nina.
Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan menjelaskan, ada dua hal yang menjadi fokus BNPB dalam menanggulangi bencana hidrometeorologi. Dua hal tersebut, yakni penanganan bencana jangka pendek dan jangka panjang.
Penanganan jangka pendek yang dimaksud Lilik adalah mitigasi bencana yang dilakukan sesegera mungkin, sekalipun berbarengan dengan pandemi covid-19. BNPB sudah mulai menggerakkan pemerintah daerah (pemda) mengantisipasi dampak fenomena berulang itu.
BNPB telah meminta seluruh kepala daerah menggelar rapat koordinasi (rakor) kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi. Mereka juga harus mengumpulkan semua sumber daya yang ada di wilayahnya.
"Logistik dan tenda-tenda pengungsian sudah harus segera didata," kata Lilik.
Pemda harus dapat mencegah masyarakat untuk melakukan aktivitas di pinggir sungai. Pemda, kata Lilik, juga harus memiliki peta daerah yang berpotensi rawan terjadi bencana banjir, longsor, dan banjir bandang. Dengan begitu, masyarakat yang terdampak bencana akan mudah menentukan lokasi pengungsian.
Khusus tahun ini, pihaknya telah mengarahkan pemda untuk merencanakan tempat-tempat pengungsian berbasis pada protokol kesehatan covid-19. Kemudian, pemda juga harus mulai mengaktivasi posko atau Pusat Daerah Operasional (Pusdaop).
Selain menyediakan tenda, pihaknya mendorong pemda menyiapkan hotel-hotel yang bisa digunakan sebagai tempat evakuasi. Nantinya, hotel akan disewa dan diprioritaskan untuk kelompok rentan, seperti lanjut usia, kaum disabilitas, anak-anak yang masih balita, ibu hamil dan orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid).
“Kita tidak punya anggaran khusus untuk itu, namun kita punya dana siap pakai. Tapi kita lebih mengupayakan untuk menggunakan sumber daya yang sudah dimiliki daerah," ujarnya.
Soal kewajiban daerah untuk memenuhi sumber daya, termasuk anggaran sudah tertuang pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 101 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Sub-Urusan Bencana Daerah Kabupaten/Kota.
Selain hotel, pemda sudah harus mengidentifikasi tempat-tempat yang bisa digunakan sebagai tempat evakuasi atau tempat pengungsian. Biasanya tempat yang menjadi alternatif selain tenda yaitu tempat ibadah, sekolah dan sebagai.
Ihwal mitigasi bencana jangka panjang, BNPB melakukan program menanam pohon. Pasalnya, data Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia (PUPR) 2016, terdapat 106 daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia yang kritis. Kalau dibiarkan terus-menerus, hal itu bisa mengakibatkan bencana.
Yang juga penting dilakukan adalah penanaman pohon. BNPB juga mendorong daerah melakukannya terutama di DAS yang kritis.
DAS yang kritis, jelas Lilik, disebabkan oleh pembalakan liar dan aktivitas pertambangan. BNPB sudah berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar lebih memperhatikan aktivitas pembukaan lahan pertambangan.
Selain menanam pohon, pemerintah juga melakukan mitigasi nonstruktural dengan membangunkan tanggul-tanggul yang sudah jebol.
Tenda Bersekat
Pemerintah, melalui Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kementerian Sosial (Kemensos), Syafi'i Nasution mengatakan, salah satu yang dilakukan adalah memberikan sosialisasi dan edukasi bencana kepada masyarakat melalui Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang berjumlah 39 ribu di seluruh Indonesia.
Nantinya, Taruna Siaga Bencana akan memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat melalui 741 Kampung Siaga Bencana di seluruh Nusantara. "Inilah yang nantinya akan kita gerakan untuk mengantisipasi dampak La Nina," kata Syafi'i.
Apabila sudah terjadi bencana di suatu daerah, tentunya Kemensos bakal menyiapkan kebutuhan masyarakat yang terdampak. Mulai dari penyediaan tenda, dapur umum, pemenuhan dasar pengungsi, dan sebagainya.
Untuk urusan logistik, Kemensos telah menyiapkannya di gudang regional kota. Untuk wilayah Indonesia bagian barat, Kemensos menyediakan gudang logistik di Palembang, Sumatra Selatan. Sementara gudang logistik bagi wilayah DKI Jakarta dan Indonesia bagian tengah terletak di Bekasi, Jawa Barat. Terakhir, gudang logistik untuk Indonesia bagian Timur terletak di Makassar, Sulawesi Selatan.
Biaya yang dihabiskan untuk pengadaan makanan siap saji untuk korban bencana mencapai Rp151 miliar.
Selanjutnya, untuk urusan tenda pengungsi, Kemensos sedang menjalankan proses lelang sebanyak 500 unit. Ditargetkan, akhir November masalah ketersediaan tenda sudah siap semua. Ukuran tenda bagi pengungsi adalah 6x10 meter yang diisi oleh 10 kepala keluarga (KK).
Masing-masing KK akan kebagian dua meter. Hal itu guna menghindari penyebaran covid-19 di pengungsian melalui droplet. Protokol kesehatan wajib diterapkan.
Kemudian, pihaknya bakal menyediakan satu relawan dokter di setiap titik pengungsian. Selain bekerja sama dengan relawan dokter, Kemensos juga akan bersinergi dengan Puskesmas yang menyediakan obat-obatan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Syafi'i menguraikan, tenda yang disiapkan Kemensos sangat nyaman dan ramah bagi masyarakat yang mengungsi. Dia mengklaim bahwa suhu udara di tenda tidak akan panas karena ada sirkulasi udara seperti jaring. Udara di dalam tenda akan mengalir sehingga suhu di dalam lebih dingin daripada suhu di luar.
"Tapi nyamuk tidak akan masuk. Ini merupakan inovasi terbaru kita dan suhu udara antara di luar dan di dalam itu selisihnya sekitar 4 derajat," ujarnya.
Bagi masyarakat yang tidak mau mengungsi di titik-titik pengungsian yang disediakan, tidak masalah. Pemerintah membebaskan masyarakat terdampak bencana untuk memilih lokasi atau tempat yang dijadikan istirahat atau mengungsi.
Daerah Percontohan
Khusus di Jakarta, Kemensos sudah memetakan titik-titik pengungsian apabila terjadi banjir.
DKI Jakarta akan menjadi role model. Kemensos dalam waktu dekat akan melaksanakan tactical for game (TFG) untuk melihat bagaimana langkah-langkah sinergitas kita siapa melakukan apa setiap kementerian dan lembaga dengan sumber daya yang mereka miliki.
"DKI Jakarta akan menjadi daerah percontohan bagi daerah lain terkait penanganan pengungsi dalam bencana hidrometeorologi," kata Syafi'i.
Ia berharap, awal November semua persiapan di seluruh daerah sudah berjalan maksimal. Pemerintah, kata Syafi, tidak ingin saat bencana tiba, Indonesia kembali gagap dan saling tuduh antar kementerian dan lembaga. (Herry Supriyatna, Wandha Nur Hidayat)