20 April 2023
19:03 WIB
Penulis: Mahareta Iqbal
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Ditetapkan sebagai tumbuhan bunga langka yang terancam punah, Bunga edelweiss tentu punya posisi spesial di destinasi-destinasi dataran tinggi yang memilikinya.
Namun, dari sekian banyak destinasi yang memiliki bunga edelweiss, hanya ada satu desa di Indonesia yang menjadikannya daya tarik utama. Adalah Desa Wisata Wonokitri Bromo, yang menjadi satu-satunnya desa wisata yang membudidayakan bunga edelweiss sebagai pesonanya.
Desa yang terletak di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur diperbolehkan membudidayakan bunga edelweiss yang mengusung tiga konsep besar, yaitu konservasi, edukasi dan pemberdayaan ekonomi.
Terkait budi daya ini juga Desa Wisata Wonokitri telah mengantongi izin resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk membudidayakan bunga Edelweiss di desa mereka.
Pasca terbentuk, Desa Wisata Wonokitri yang berada di ketinggian 2.219 mdpl ini menjadi satu-satunya desa wisata di Indonesia yang menyajikan 'bunga keabadian' tersebut sebagai daya tarik utamanya.
Setelah Covid-19 melandai di bulan Agustus 2021, desa wisata ini berbenah diri dari segi infrastruktur yang sempat terhambat pembangunannya di tahun 2020. Kehadiran Desa Wisata Wonokitri Bromo ternyata menarik minat masyarakat di luar Desa Wonokitri untuk berkunjung, bahkan data kunjungan pernah menyentuh di angka 3.000 pengunjung dalam satu bulan.
Selain menyajikan taman bunga edelweiss dengan panorama alam pegunungan yang sejuk, wisatawan juga bisa mendapat pengalaman tentang budidaya edelweiss.
Mulai dari cara pemilihan biji bunga yang siap panen hingga cara penanaman bunga Edelweiss. Di desa ini terdapat 3 jenis bunga Edelweiss yang dibudidayakan yaitu Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia dan Anaphalis visida.
Pembudidayaan ini selain pengembangbiakan, juga bertujuan agar siapapun lebih menghargai betapa pentingnya pelestarian bunga edelweiss yang terancam punah ini. Betapa larangan akan memetik bunga ini di gunung-gunung menjadi kepentingan bersama untuk terus digalakkan oleh sesama pendaki.
Jika wisatawan ingin memiliki bunga edelweiss dari Desa Wisata Wonokitri Bromo untuk dijadikan oleh-oleh, pihak pengelola juga menyediakan bunga edelweiss yang siap jual untuk dapat ditanam di rumah dan tentunya resmi (legal).
Bagi pegiat lingkungan atau institusi yang ingin membudidayakan bunga edelweiss, pihak pengelola juga bersedia memberikan bibit edelweiss secara cuma-cuma asalkan bukan untuk tujuan komersil.
Selain tujuan konservasi, bunga edelweiss juga erat kaitannya dengan budaya masyarakat desa Wonokitri, khususnya suku Tengger. Bagi suku Tengger, bunga ini merupakan bunga sakral yang dipergunakan untuk beberapa upacara adat masyarakat di Desa Wonokitri.
Keterkaitan suku Tengger dengan bunga edelweiss juga dapat wisatawan rasakan momentumnya saat berada di desa ini lewat paket wisata one day being Tengger. Paket tersebut merupakan kesempatan bagi wisatawan untuk menjadi penduduk atau masyarakat Tengger dalam sehari.
Melalui program ini, wisatawan dapat mengikuti beberapa aktivitas yang dilakukan oleh suku Tengger, seperti mengikuti persiapan pelaksanaan upacara, menyiapkan sesajen dan simbolik patung raksasa.
Wisatawan juga akan diajak untuk belajar mempersiapkan kebutuhan upacara dengan membantu membuat buket bunga Edelweiss. Setelah itu, wisatawan juga akan mengikuti pergelaran upacara adat dari awal hingga penutupan acara.
Saat ini Kemenparekraf tengah ikut mendukung pembangunan desa wisata ini lewat kerja sama dengan berbagai pihak. Beberapa lahan yang masih belum produktif di Desa Wisata Wonokitri sekiranya dapat dimanfaatkan lagi dalam bentuk infrastruktur ekonomi kreatif melalui program dana alokasi khusus (DAK).
Sedikit menyinggung perihal Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 yang saat ini sedang dalam tahap visitasi 75 desa wisata terbaik, Desa Wisata Edelweiss Wonokitri menjadi salah satu dari 75 besar desa wisata terbaik tersebut yang juga telah dikunjungi oleh Menparekraf Sandiaga Uno bersama tim juri.