c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

20 Agustus 2025

17:00 WIB

William Kamkwamba, Kincir Angin Penghalau Kemiskinan Di Malawi

William Kamkwamba adalah anak desa yang membuktikan kemiskinan bisa dikalahkan. Kisahnya mendunia. Kincir angin temuannya membawa Malawi lebih maju.

Penulis: Besyandi Mufti

Editor: Rikando Somba

<p>William Kamkwamba, Kincir Angin Penghalau Kemiskinan Di Malawi</p>
<p>William Kamkwamba, Kincir Angin Penghalau Kemiskinan Di Malawi</p>

William Kamkwamba menghadiri konferensi pers untuk film Netflix 'The Boy Who Harnessed The Wind' di Berlinale Film Festival di Berlin, Jerman pada 2029. Shutterstock/Denis Makarenko

Kemiskinan jadi beban banyak negara. Di samping itu, kemiskinan jadi pengganjal banyak individu di berbagai belahan dunia ini untuk maju. 

Namun, William Kamkwamba adalah salah satu yang bisa mengalahkan kemiskinan. Dia merupakan sosok yang membuktikan bahwa keterbatasan dan kemiskinan bukanlah akhir dari sebuah mimpi. 

Willian Kamkwanba lahir pada 5 Agustus 1987 di Desa Wimbe, Kasungu, Malawi. Ia tumbuh dari keluarga yang sangat sederhana dan penuh kekurangan. Berlatar keluarga petani, mereka bergantung penuh dengan hasil panen jagung, tanaman pokok yang menjadi makanan utama masyarakat Malawi. 

Awal tahun 2000-an, Malawi dilanda kekeringan panjang yang menyebabkan krisis pangan luar biasa. Banyak keluarga menjadi korban kelaparan. Pada saat itu, William yang masih remaja, terpaksa harus putus sekolah karena orang tuanya tak mampu lagi membayar biaya pendidikan. 

Menurut William, hal tersebut merupakan pukulan berat. Padahal, sekolah diniatkannya menjadi jalan keluar dari lingkaran setan kemiskinan.

Dengan segala keterbatasan yang terjadi, hal itu tidak membuat William pantang menyerah. William belajar dari perpustakaan desa yang sangat sedikit memiliki buku. Tekadnya bulat. Dia tetap tak gentar untuk belajar demi memperbaiki keadaan. Di perpustakaan tersebut pula, dia menemukan buku mengenai ilmu kelistrikan dan energi terbarukan. 

Buku yang berjudul Using Energy menjadi langkah awal perjalanan William untuk membangun sesuatu yang menjadi sebuah harapan baru, yang dapat mengubah hidupnya dan juga komunitasnya. Buku itu mengilhaminya sebuah inovasi yang berguna buat masyarakat Malawi, yaitu kincir angin.

Membangun Sebuah Harapan Baru
Dengan kondisi miskin dan tak memiliki akses terhadap teknologi modern, William memulai eksperimen yang dianggap mustahil oleh banyak orang. 

William mengumpulkan barang bekas dalam berbagai bentuk, mulai dari suku cadang sepeda, kipas angin rusak, pipa, dan kabel rongsokan. Dalam bilik sederhana, bengkel yang dibuatnya, William mulai merakit sebuah harapan. Ia memotong sedikit demi sedikit, memasang, dan merakit barang rongsokan itu yang kemudian menghasilkan sebuah struktur kincir angin sederhana.

Banyak orang yang menertawakan dan mengejek apa yang dibuatnya. Tak sedikit yang merendahkannya sampai dianggap “gila” karena hanya membuang-buang waktu dengan angan kosongnya bersama besi tua dan kayu lapuk. Akan tetapi, William tetap teguh dan tak terusik. Ia percaya bahwa harapannya juga bisa menjadi jawaban atas kebutuhan listrik dan air bersih bagi keluarganya, harapan bagi semua orang pada akhirnya.

Perjuangan William membuahkan hasil. Jerih payahnya terbayarkan. Kincir angin yang menjadi simbol harapan tersebut berputar dan menghasilkan listrik. Listrik tersebut mampu menyalakan lampu pijar pertama di rumahnya. Hal tersebut membuktikan bahwa dia bukan orang “gila” yang membuat kincir angin hanya dari angan belaka. 

Tak hanya itu, ia berhasil memompa air dari tanah dengan kincir itu. Sebuah “emas” dari dalam tanah yang sangat berharga di tengah krisis pangan yang terjadi.

Kisah seorang remaja yang membangun “harapan” untuk komunitasnya mulai terdengar di ranah internasional, berawal dari jurnalis lokal yang menuliskan prestasinya. 

Tahun 2007, saat usia William meranjak 20 tahun, William diundang ke TED Global yang berlokasi di Arusha, Tanzania. William dihadapkan oleh banyaknya penonton luring dan daring, berjumlah ratusan hingga ribuan orang. Ia menyampaikan kisahnya membangun kincir angin yang dia anggap sebagai harapan dalam krisis pangan yang terjadi di Malawi. 

Ceritanya disampaikan dalam bahasa Inggris yang sederhana, penuh keterbatasan dan kekurangan, namun kisahnya tetap menyentuh hati banyak orang. Pidatonya di TED Global tersebut viral. William mendatangkan dukungan dari penjuru dunia. Ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di African Leadership Academy di Johannesburg, Afrika Selatan. 

Tak lama setelah itu, ia diterima di Dartmouth College di Amerika Serikat. Di sana, ia menimba ilmu tentang studi lingkungan hingga lulus pada tahun 2014. Dari seorang remaja yang putus sekolah karena keterbatasan, William menjadi simbol inspirasi global yang berpengaruh.

Pencapaian dari The Boy Who Harnessed the Wind
Kisah William Kamkwamba yang mampu menciptakan harapan baru untuk masyarakat Malawi diceritakan dalam buku “The Boy Who Harnessed the Wind” tahun 2009, yang ditulis bersama dengan jurnalis Bryan Mealer. Buku ini masuk dalam daftar New York Times Bestseller dan diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa, termasuk ke dalam bahasa Indonesia. 

Tahun 2019, kisah William dalam buku “The Boy Who Harnessed the Wind” diangkat menjadi sebuah film. Netflix memproduseri dan menayangkannya dengan judul yang sama, disutradarai dan dibintangi oleh Chiwetel Ejiofor yang kondang lewat 12 Year a Slave, Infinite, Old Guard, dan Venom itu.

Beberapa pencapaian besar William, termasuk mendirikan organisasi nirlaba Moving Windmills Project. Organisasi tersebut fokus pada pembangunan sekolah, sumur air, dan proyek energi terbarukan di Malawi. 

Pada tahun 2013, William juga masuk ke dalam daftar 30 Under 20 versi Time Magazine. Daftar itu sendiri merupakan daftar yang dibuat majalah kondang dunia, untuk menempatkan orang-orang berpengaruh dunia berdasarkan kategori usia. William tak hanya mengubah kehidupan di Malawi menjadi lebih baik, tetapi juga membuat banyak harapan muncul karena perjuangannya yang sangat luar biasa.

Kincir angin pertama William tak hanya menjadi alat penghasil listrik. Bagi komunitasnya, kincir angin merupakan simbol harapan. 

Listrik dapat menyalakan lampu di malam hari. Anak-anak bisa belajar setelah matahari terbenam dibantu oleh pencahayaan lampu. Keluarga tak perlu memiliki ketergantungan kepada lilin atau minyak tanah karena harga barang itu tergolong mahal.

Listrik yang dihasilkan juga dapat menyalakan pompa air yang dibuatnya, memungkinkan para petani untuk tetap menanam tanaman pangan walaupun musim kemarau melanda. Inovasi yang dibuatnya sangat membantu mengurangi ancaman kelaparan berkepanjangan di desanya. 

Dampak nyata ini membuat William dipandang bukan menjadi seorang inventor atau penemu, tetapi sebagai savior alias penyelamat bagi komunitasnya yang diambang kesulitan massal.

Salah satu kutipan yang paling dikenang banyak orang dari William adalah, “If you want to make it, all you have to do is try.” Yang berarti “Jika kamu ingin berhasil, yang perlu kamu lakukan hanyalah mencoba.” Kalimat sederhana tersebut merepresentasikan pendirian hidup William. 

William membuktikan bahwa kegigihan dapat menembus segala keterbatasan dan kekurangan, walaupun tidak dihargai sekalipun.

Selain itu, ia juga pernah berkata, “I try, and I made it.” Yang memiliki arti “Aku mencoba, dan aku berhasil.”  

Kalimat yang disampaikan William itu dapat menjadi warisan moral yang diharapkan menjadi inspirasi generasi muda di seluruh dunia agar tetap pantang menyerah.

Kisah William Kamkwanba tak hanya terbatas di teknologi saja, banyak hal mengenai kemanusiaan juga dapat dipelajari darinya. William orang yang pantang menyerah karena tidak membiarkan komunitasnya mati kepalaran. Ia tak membiarkan kemiskinan menghentikan mimpinya. Ia juga memiliki kreativitas walaupun dilanda keterbatasan, barang rongsokan dapat disulapnya menjadi teknologi yang bermanfaat walaupun berfikir dengan modal imajinasi. 

Keberaniannya untuk bermimpi besar juga menjadi hal penting darinya, walaupun berasal dari desa kecil, William berani bermimpi untuk mengubah dunia. Dia kemudian mengembangkan komunitasnya dengan Moving Windmills Project dengan membangun sekolah, sumur, dan infrastruktur desa. 

Meski sudah sangat dikenal di seluruh penjuru dunia, William menjadi sosok yang selalu rendah hati dan tak melupakan asal-usulnya.

Sumber Inspirasi Dunia yang Dimulai dari Bilik Kecil
Kisah William menunjukkan bahwa inovasi tak harus datang, selalu dari Silicon Valley, tempat di mana laboratorium canggih berada, atau negara-negara dengan dana riset besar. 

Hanya dari sebuah desa terpencil di Malawi, seorang anak mampu menghadirkan ide yang tak hanya bermanfaat bagi keluarganya, tetapi menjadi sebuah inspirasi jutaan orang di berbagai belahan dunia. Inovasi itu lahir bukan dari kemewahan, melainkan dari rasa ingin tahu, ketekunan, dan keberanian untuk mencoba.

Bagi generasi muda yang hidup dalam keterbatasan, perjalanan dari William menjadi bukti nyata bahwa keadaan bukanlah penghalang meraih impian. Dunia modern ini sudah dipenuhi dengan banyaknya distraksi juga tantangan baru, mulai dari kesenjangan sosial, perubahan iklim, hingga ketimpangan ekonomi. Di tengah kondisi tersebut, kisah William hadir sebagai pengingat bahwa solusi besar sering kali dimulai dari langkah yang sederhana.

Inspirasi yang dibawa William sangat mempertegas pentingnya pendidikan dan juga akses informasi. Jika saat itu ia tak menemukan buku di perpustakaan desa, mustahil “harapan” tersebut bisa muncul. 

Generasi muda harusnya memiliki pemahaman bahwasannya pengetahuan adalah kunci untuk sebuah perubahan. Mulai dari mana saja dan apapun bentuknya. Bisa dari buku, internet, atau bisa pula pengalaman sehari-hari yang membentuk kita sebagai manusia. Pengetahuan menjadi sebuah bahan bakar dalam menciptakan perubahan menjadi sesuatu yang bermakna.

Tak hanya di teknologi, kisah William mengajarkan banyak khalayak tentang perjuangan dan ketekunan. Tak gentar saat diejek, tak berhenti saat dicemooh, dan tak goyah walaupun gagal berkali-kali dalam merakit “harapan”. Sikap ini sangat penting dipahami karena tidak ada hal di dunia yang kecil ini bisa didapatkan secara instan. 

William membuktikan bahwa kegagalan merupakan bagian dari proses belajar. Kemudian, keberhasilan datang ketika berani untuk terus mencoba.

Hari ini, kita kenal “The Boy Who Harnessed the Wind,” menjadi simbol harapan. Ia sering diundang ke berbagai forum internasional untuk mendorong anak muda agar berani mengejar mimpi dan menggunakan kreativitas untuk menghadapi tantangan kedepan. Dengan kerendahan hati William, yang selalu ia lakukan dapat ditiru oleh siapa saja asal ada kemauan untuk berusaha.

Pesannya sederhana, tetapi selalu relevan dalam keadaan apapun. Perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, bahkan dari sebuah halaman buku di perpustakaan desa. 

William adalah sebuah pengingat bagi generasi muda bawah setiap ide, sekecil apapun itu, memiliki potensi untuk menggerakkan perubahan jika didampingi dengan keberanian dan kerja keras.

Seseorang yang bernama William Kamkwamba, merupakan kisah nyata, tentang keberanian, inovasi, dan harapan. Dari anak desa yang miskin dan putus sekolah, menjadi seorang penulis, insinyur, dan aktivis energi terbarukan. 

Jadi, sudahkah Sobat Valid berani membangun “kincir angin” dalam kehidupan kita sendiri?


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar