c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

KULTURA

15 September 2022

14:19 WIB

WHO Sebut Akhir Pandemi Covid-19 Sudah Di Depan Mata

Jumlah kasus baru untuk pekan ini, turun tajam sebanyak 28% menjadi 3,13 juta kasus. Jumlah kematian akibat covid-19 pada 5-11 September di seluruh dunia juga tercatat turun 22%

WHO Sebut Akhir Pandemi Covid-19 Sudah Di Depan Mata
WHO Sebut Akhir Pandemi Covid-19 Sudah Di Depan Mata
Ilustrasi. Suasana jam sibuk di Shibuya, Tokyo, Jepang. dok. Shutterstock/MasaPhoto

JENEWA - Akhir dari pandemi Covid-19 kemungkinan semakin dekat. Organisasi kesehatan dunia (WHO) meyakini hal tersebut dan meminta masyarakat meningkatkan upaya untuk mencegah penyebarannya lebih lanjut.

"Kita belum sampai di sana (akhir pandemi). Tetapi ujungnya sudah terlihat," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Rabu (14/9).

Tedros mengatakan pada jumpa pers, angka kematian akibat covid-19 pekan lalu turun ke tingkat yang tercatat pada Maret 2020. Menurut badan kesehatan PBB itu, jumlah kematian akibat covid-19 pada 5-11 September yang mencapai 10.935 jiwa di seluruh dunia juga tercatat turun 22% dari angka selama sepekan sebelumnya.
 
 Selain itu, jumlah kasus baru untuk pekan ini, turun tajam sebanyak 28% menjadi 3,13 juta kasus.
  "Kita bisa melihat garis finisnya. Kita sekarang dalam posisi unggul," ujar Tedros.
 
 Untuk itu, dia mendesak masyarakat dunia meningkatkan kewaspadaan untuk menahan penyebaran virus. Tedros membandingkan situasi menuju akhir pandemi saat ini, sama dengan situasi pelari maraton yang "berlari lebih kencang" ketika garis finis mulai terlihat.
 
 Jika dunia tidak mengambil kesempatan untuk mengakhiri pandemi sekarang, masih ada risiko lebih banyak dari varian virus akan berkembang. Terutama yang mengarah pada peningkatan angka kematian, serta gangguan dan ketidakpastian yang berkelanjutan.

Dia pun meminta agar aturan pelaksanaan tes covid-19 dan analisis gen saat ini tetap dipertahankan. Upaya vaksinasi anti-covid-19 juga bisa dipercepat di daerah-daerah yang tingkat vaksinasinya masih rendah.
 
 Seperti diketahui, virus corona baru penyebab covid-19 pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, China Tengah, pada Desember 2019. Kemudian, WHO menyatakan pandemi global pada Maret 2020.
 
Percepatan Booster
 Dari dalam negeri, Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman meminta pemerintah mempercepat pelaksanaan vaksinasi penguat atau booster, demi meminimalisir risiko paparan dan mutasi dari virus covid-19.

"Kehadiran subvarian, bahkan potensi varian baru yang lebih bisa mengurangi efektivitas dari vaksinasi atau imunitas yang terbentuk dari kombinasi vaksinasi atau reinfeksi bisa saja terjadi. Terutama ketika sebagian dari penduduk atau negara di dunia membiarkan terus virus ini bisa menginfeksi, seperti cakupan vaksinasi yang masih lambat," ujarnya, Rabu.

Ia menambahkan percepatan vaksinasi harus terus digalakkan, sekalipun sebagian dari masyarakat ada yang tidak bisa divaksinasi karena alasan medis dan usia. Menurut Dicky yang juga praktisi dan peneliti Global Health Security itu, upaya percepatan vaksinasi, justru penting untuk melindungi masyarakat yang tidak bisa divaksinasi itu.

"Untuk dewasa ada yang belum beruntung, walaupun vaksin ada dia belum bisa divaksin. Selain itu, ada juga karena memang belum bisa divaksinasi seperti anak-anak di bawah 5 tahun," serunya.

Ia menambahkan, jumlah anak-anak di Indonesia cukup signifikan. Oleh karena itu, penting untuk dilindungi.

"Kalau anak-anak menjadi korban bisa mencelakakan kelompok generasi mendatang, kita harus sadar akan hal itu," kata Dicky Budiman.

Sementara itu berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan tiga dosis vaksin covid-19 hingga per 14 September 2022 pukul 18.00 WIB mencapai total 62.173.952 orang atau 26,49 persen dari total warga yang menjadi sasaran vaksinasi covid-19, sebanyak 234.666.020 juta orang.

Sementara itu, penduduk yang mendapatkan dua dosis vaksin covid-19 sebanyak 170.843.370 orang, yang meliputi 72,80% dari total sasaran. Sedangkan penerima dosis pertama mencapai 204.232.501 orang atau sudah diberikan pada 87,03% dari total sasaran.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar