28 Maret 2024
11:47 WIB
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Perubahan iklim dan variasi cuaca ekstrem menjadi salah satu pemicu risiko kesehatan bagi kerumunan mudik. Hal ini disampaikan Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. dr. Erlina Burhan.
"Kalau Anda berisiko untuk mudah terinfeksi seperti orang tua, orang dengan 'komorbid', punya risiko untuk tertular kan? Kita sadar diri saja untuk memakai masker," kata Erlina dikutip dari Antara, Rabu (27/3).
Erlina mengatakan musim hujan juga berpotensi menurunkan sistem imun pada sebagian orang.
Oleh karena itu, menurut Erlina, berkerumun adalah saat di mana orang perlu meningkatkan kewaspadaan, termasuk menjaga tubuhnya tidak tertular penyakit seperti COVID-19 atau Flu Singapura yang kasusnya sedang meningkat oleh adanya infeksi Coxsackievirus.
Terkait Coxsackievirus, modus penularan cukup banyak. Umumnya adalah kontak langsung dengan penderita lewat ruam lenting pada kulit yang terbuka (pecah) atau cairan droplet menyentuh mulut dan rongga mulut kita, atau lewat makanan yang masuk ke mulut.
Penyakit itu membuat penderitanya demam, batuk dan sakit tenggorokan dengan masa inkubasi rata-rata 10 sampai 14 hari.
Kematian akibat penyakit ini masih sangat jarang terjadi, tingkatnya masih di bawah penyakit Monkey Pox atau cacar monyet yang angka kematiannya antara tiga sampai 6%.
Hingga pekan ke-11 2024, menurut Erlina, Kementerian Kesehatan melaporkan terdapat 5.461 orang terjangkit Flu Singapura di Indonesia. Dinas Kesehatan Banten melaporkan 738 kasus Flu Singapura di kawasan tersebut terjadi sejak Januari hingga Maret 2024.
Sementara itu, Dinkes Depok melaporkan 45 kasus suspek Flu Singapura di kawasan tersebut terjadi sejak Januari hingga Maret 2024, 10 pasien di antaranya dirawat di satu rumah sakit.
"Di negara lain ternyata Flu Singapura atau Hand, Foot, and Mouth Disease itu juga dari waktu ke waktu meningkat," kata Erlina.
Powered by Froala Editor