c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

05 November 2025

17:02 WIB

Waspada, Jangan Anggap Remeh Batuk Tak Kunjung Sembuh

Pada usia bayi, batuk rejan atau pertusis bisa sebabkan saluran pernapasan yang masih sempit, tersumbat oleh lendir tebal yang terbentuk akibat infeksi. 

Penulis: Annisa Nur Jannah

<p id="isPasted">Waspada, Jangan Anggap Remeh Batuk Tak Kunjung Sembuh</p>
<p id="isPasted">Waspada, Jangan Anggap Remeh Batuk Tak Kunjung Sembuh</p>

Ilustrasi anak yang sedang batuk. Foto: Freepik. 

JAKARTA - Batuk pertusis atau rejan merupakan kondisi yang disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini mudah menular melalui percikan ludah (droplet) saat penderita batuk atau bersin.  

Gejalanya sering kali diawali dengan tanda-tanda ringan seperti pilek, hidung tersumbat, mata berair, demam ringan, dan batuk ringan yang mirip dengan gejala flu biasa. Namun setelah satu hingga dua minggu, batuk akan berkembang menjadi lebih parah dan sulit dikendalikan.

Melansir laman Mayo Clinic, penderita biasanya mengalami batuk hebat yang datang bertubi-tubi hingga sulit bernapas. Saat menarik napas setelah batuk panjang, sering terdengar suara melengking tinggi, menjadi ciri khas penyakit ini. 

Pada anak-anak, batuk pertusis bisa menyebabkan wajah memerah hingga kebiruan, muntah setelah batuk, dan kelelahan ekstrem. Bahkan pada bayi, gejalanya bisa lebih berbahaya karena mereka terkadang tidak batuk sama sekali, melainkan mengalami kesulitan bernapas atau henti napas yang dapat mengancam jiwa.

Meski jarang menyebabkan kematian, pertusis paling berisiko fatal bagi bayi yang belum mendapat vaksin lengkap. Karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sempurna, bayi sangat rentan mengalami komplikasi serius seperti pneumonia, kejang, gangguan otak akibat kekurangan oksigen, hingga henti napas. 

Pada usia ini, saluran pernapasan bayi juga masih sempit dan mudah tersumbat oleh lendir tebal yang terbentuk akibat infeksi. Kondisi tersebut membuat mereka sulit bernapas dan membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit.

Inilah sebabnya vaksinasi menjadi langkah pencegahan paling efektif untuk melindungi bayi dari pertusis. Program imunisasi dasar seperti DPT (difteri, pertusis, tetanus) diberikan dalam beberapa tahap mulai dari usia dua bulan untuk membangun kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab penyakit ini. 

Selain itu, ibu hamil dianjurkan menerima vaksin booster selama masa kehamilan agar antibodi dapat diteruskan kepada bayi sejak dalam kandungan, memberikan perlindungan sementara hingga bayi cukup umur untuk menerima vaksinasi sendiri. Begitu juga dengan anggota keluarga lain yang sering berinteraksi dengan bayi, mereka perlu memastikan sudah mendapatkan vaksin penguat agar tidak menularkan penyakit ini.

Setelah seseorang tertular, masa inkubasi pertusis berlangsung sekitar 5 hingga 10 hari dan kadang bisa mencapai tiga minggu sebelum gejala muncul. Penyakit ini bisa berlangsung lama dengan batuk yang tak kunjung reda hingga berbulan-bulan, terutama jika tidak diobati dengan tepat. 

Selain dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia, kelelahan, dan gangguan pernapasan, batuk pertusis juga membuat penderita sangat mudah menularkan penyakit ini ke orang lain di sekitarnya. Karena itu, jangan anggap remeh batuk yang tak kunjung sembuh, terutama jika disertai wajah memerah, kesulitan bernapas, atau suara napas melengking. 

Segera periksakan diri ke dokter untuk memastikan penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat. Deteksi dini dan vaksinasi tetap menjadi kunci utama untuk melindungi diri dan keluarga dari batuk rejan yang berbahaya ini.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar