26 Mei 2025
20:57 WIB
Waspada Doomscrolling Dan Bahaya Pada Kesehatan Mental
Kebiasaan doomscrolling dikaitkan dengan peningkatan gejala kecemasan, depresi, bahkan gangguan kesehatan fisik.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Ilustrasi orang-orang sibuk dengan media sosial. Freepik
JAKARTA - Pernahkah Anda merasa sulit berhenti menggulir layar ponsel seperti membaca berita demi berita buruk mulai dari bencana alam, konflik, hingga kabar tragis yang terus bermunculan? Tanpa disadari, hal ini bisa membuat tenggelam dalam kebiasaan ini.
Seolah semakin banyak informasi yang didapat bisa membuat kita merasa lebih tenang. Kebiasaan ini bisa disebut dengan doomscrolling.
Melansir laman Psychology Today, doomscrolling adalah kebiasaan terus-menerus menggulir layar untuk mencari berita buruk, krisis, bencana, atau tragedi yang membuat cemas. Saat pandemi covid-19 melanda, kebiasaan ini menjadi umum karena kita semua mencari informasi terbaru tentang virus, angka kematian, dan perkembangan global.
Meski pandemi telah mereda, rentetan berita buruk tidak pernah benar-benar berhenti. Ponsel yang selalu berada di genggaman membuat setiap orang makin sulit berhenti.
Sejumlah studi telah mengaitkan kebiasaan doomscrolling dengan peningkatan gejala kecemasan, depresi, bahkan gangguan kesehatan fisik. Salah satu temuan penting datang dari jurnal Health Communication yang diterbitkan pada Agustus 2022.
Dalam studi tersebut, lebih dari 1.000 responden disurvei, dan hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 17% dari mereka yang tergolong sebagai “konsumen berita bermasalah” mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, serta penurunan kondisi kesehatan fisik secara keseluruhan.
Menurut Dr. Bryan McLaughlin, salah satu peneliti utama, doomscrolling membuat otak kita terus-menerus berada dalam mode waspada.
Area otak yang disebut amigdala adalah bagian yang mengatur respons terhadap bahaya, menjadi terlalu aktif. Ini membuat seseorang merasa dunia di sekitar selalu berbahaya dan terdorong untuk terus mencari berita buruk berikutnya dengan harapan bisa merasa lebih aman, padahal yang terjadi justru sebaliknya.
Cara Mengatasi Doomscrolling
Untungnya, doomscrolling bukanlah kebiasaan yang tak bisa dikendalikan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah menerapkan partial news avoidance yaitu tidak sepenuhnya menghindari berita, tetapi membatasi konsumsi informasi secara sadar dan terukur.
Untuk mengendalikan kebiasaan ini, Anda bisa mulai dengan membuat batasan waktu. Gunakan alarm atau fitur pembatas waktu di ponsel untuk mengatur durasi akses Anda ke media sosial atau portal berita, agar tidak terlena terlalu lama.
Selain itu, kurasi lini masa media sosial Anda seperti unfollow atau mute akun yang terus-menerus membagikan berita negatif tanpa henti, agar pikiran Anda tidak terus-menerus dibanjiri informasi yang menekan. Cobalah juga mengganti waktu dengan aktivitas yang lebih menyehatkan seperti berjalan kaki, berolahraga ringan, membaca buku, atau sekadar menikmati waktu di alam terbuka.
Untuk membantu Anda lebih sadar akan kebiasaan digital, gunakan aplikasi pelacak waktu layar seperti Digital Wellbeing atau Screen Time. Aplikasi ini akan memberi gambaran tentang seberapa banyak waktu yang Anda habiskan di depan layar dan membantu menguranginya secara perlahan.
Yang tak kalah penting, beri ruang bagi konten positif dan edukatif dalam keseharian Anda. Sesekali, carilah dan baca berita baik karena masih banyak hal baik yang terjadi di dunia ini dan layak untuk diketahui.