22 Agustus 2022
12:49 WIB
Penulis: Tristania Dyah Astuti
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Tato telah menjadi sangat populer dalam satu dekade belakangan. Kini, pemahaman tentang tato sebagai bagian dari gaya hidup pun semakin dikenali oleh masyarakat, tak lagi terkubur oleh identitas buruk. Tato adalah salah satu cara untuk mengekspresikan diri.
Akan tetapi di balik kepopuleran karya seni ini, tentu ada risiko-risiko kesehatan yang bisa timbul akibat proses pembuatan tato.
Secara umum tato dibuat dengan cara memasukkan tinta tato melalui jarum ke dalam lapisan kulit yang dikenal sebagai dermis, lapisan kedua kulit di bawah epidermis. Proses ini akan mengubah pigmen kulit mengikuti warna dan bentuk yang dibuat oleh sang seniman tato.
Risiko paling umum adalah alergi, alergi ini tidak muncul saat tinta disuntikan namun dapat muncul setelah bertahun-tahun tato berdiam di dalam kulit. Melansir dari Healthline, pewarna tato merupakan penyebab utama timbulnya alergi atau masalah kulit.
Baca juga: Mengenal Seni Tato Tertua Di Dunia
Pasalnya, berdasarkan aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat pewarna tato yang umum digunakan merupakan pewarna yang diizinkan untuk kosmetik.
Artinya perizinan terhadap pewarna tatto ini hanya untuk pemaikan luar kulit bukan untuk injeksi di bawah kulit. Namun, belum ada penelitian resmi yang menunjukan risiko pasti terhadap tato dalam jangka waktu lama.
Akan tetapi ada beberapa warna tato yang dinilai memiliki risiko lebih tinggi terhadap alergi atau reaksi kulit. Berikut penjelasannya dilansir dari berbagai sumber.
Tinta Merah
Tinta merah merupakan tinta yang paling banyak menimbulkan keluhan reaksi alergi. Melansir dari Savedtatto.com, tinta merah mengandung banyak komponen alergen termasuk oksida besi, cadmium, etilen glikol (juga dikenal sebagai antibeku), alkohol gosok, dan banyak komponen yang berasal dari hewan seperti gliserin lemak hewani, minyak ikan kod, atau lilin lebah.
Reaksi alergi yang ditimbulkan pun beragam mulai dari kulit berjerawat, lecet kemerahan, kulit bersisik, dan gatal. Beberapa orang juga pernah dilaporkan mengalami peradangan kronis pada area tato ditandai dengan tato menggelembung, area kulit lainnya menjadi tebal dan kasar.
Baca juga:Penelitian: Tato Dan Tindik Tandai Pengalaman Kekerasan Di Masa Lalu
Tinta Kuning
Banyak penelitian menemukan tinta kuning yang umum digunakan untuk tato mengandung cadmium yang bisa meningkatkan sensitifitas kulit terhadap cahaya matahari. Ketika terus terpapar cahaya matahari area tatto akan mengalami iritasi seperti kemerahan deng rasa gatal, terbakar, hingga mengelupas.
Tinta Hijau
Meskipun mengandung alergen, tinta berwarna gelap dinilai lebih sedikit menyebabkan alergi. Akan tetapi tato warna hijau menjadi tatto yang paling sulit dihilangkan dengan proses laser.
Tinta Biru dan Hitam
Meski penggunaan tinta bitu dan hitam disebut terkesan kurang indah, namun tinta ini menjadi tinta tato yang paling aman digunakan karena mengandung pigmen phthalocyanine tembaga yang masih tergolong aman. 
Akan tetapi, sebelum membuat tato disarankan untuk memastikan bahwa tinta yang digunakan dengan kandungan yang direkomendasikan.
Itulah warna-warna tato yang umum digunakan dan tingkat risikonya terhadap alergi, ada baiknya untuk memilih toko atau jasa pembuatan tato yang telah bersertifikat dan terjamin keamanannya.