30 Desember 2024
20:57 WIB
Wanita Masturbasi Dikaitkan Dengan Literasi Seksual Yang Lebih Baik
wanita yang sering masturbasi memiliki literasi seksual yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak. Penelitian tersebut melibatkan sekitar 921 wanita muda muslim di Turki.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Rendi Widodo
Ilustrasi Outdoor Sex. Shutterstock/dok
JAKARTA - Masturbasi merupakan aktivitas merangsang organ kelamin atau bagian tubuh lainnya untuk meraih kepuasan seksual. Aktivitas seksual ini biasanya dilakukan sendiri atau tanpa pasangan, meskipun ada juga yang melakukannya bersama dengan pasangan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine pada Agustus 2024 menunjukkan ternyata wanita yang sering masturbasi memiliki literasi seksual yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak. Penelitian tersebut melibatkan sekitar 921 wanita muda muslim di Turki usia 18 sampai 25 tahun.
Partisipan yang terlibat dipastikan belum pernah menikah, tidak sedang menjalani pengobatan yang berdampak pada fungsi seksualnya, dan tidak mengalami disfungsi seksual. Mereka kemudian diminta menjawab pertanyaan terkait literasi seksual dan fungsi seksualnya, termasuk frekuensi dan durasi kebiasaan masturbasi.
Hasilnya, rata-rata partisipan masturbasi lima kali per bulan dengan durasi tiga sampai empat menit. Namun, wanita yang masturbasi lebih sering atau lebih dari lima kali per bulan diketahui memiliki literasi kesehatan seksual yang lebih baik, begitupun dengan fungsi seksual mereka.
"Penelitian ini menemukan semakin tinggi durasi dan frekuensi masturbasi pada wanita muda, maka fungsi seksual dan literasi seksual mereka akan lebih baik. Sentuhan dan pengetahuan yang tepat tentang tubuh wanita dan masturbasi secara teratur dapat mempengaruhi kesehatan seksual dan orgasme pada wanita," kata salah satu peneliti Aysu Yildiz Karaahmet dilansir dari PsyPost.
Kendati begitu, peneliti menambahkan bahwa penelitian ini masih memiliki sejumlah keterbatasan. Yakni, hanya dilakukan pada wanita beragama Islam dan Turki yang menggunakan ponsel pintar dan aktif secara seksual sehingga hasilnya mungkin tidak bisa digeneralisir dengan wanita lainnya yang memiliki latar belakang agama dan budaya yang berbeda.
Kendati begitu, peneliti berharap penelitian ini bisa menjadi landasan pentingnya penguatan pendidikan literasi kesehatan seksual bagi wanita sejak usia muda. Dengan demikian, infeksi menular seksual dan kehamilan tidak direncanakan bisa ditekan.
"Program-program bisa didesain, implementasikan, dan evaluasi untuk mendukung literasi kesehatan seksual wanita. Pendidikan literasi kesehatan seksual harus menjadi salah satu tujuan di layanan kesehatan," tutup peneliti.