c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

02 Februari 2024

09:08 WIB

Wanita Lebih Berisiko Alami Penyakit Autoimun Dibanding Pria

Perbandingan wanita dan pria mengalami autoimun mencapai 8:1. Salah satu penyebab tingginya risiko wanita mengalami autoimun karena faktor hormon estrogen.

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

Editor: Satrio Wicaksono

Wanita Lebih Berisiko Alami Penyakit Autoimun Dibanding Pria
Wanita Lebih Berisiko Alami Penyakit Autoimun Dibanding Pria
Ilustrasi dokter memerika pasien. Freepik

JAKARTA - Penyakit autoimun merupakan salah satu penyakit kronis yang cukup membahayakan nyawa. Penyakit tersebut diketahui terjadi akibat antibodi yang seharusnya melindungi tubuh, malah menyerang sel tubuhnya sendiri. 

Antibodi Immunoglobulin G (IgG) menjadi hiperaktif dan menyerang organ tubuh seperti hati, ginjal, jantung, kulit, dan organ tubuh lainnya, sehingga menimbulkan gejala, semisal gatal, lemas, nyeri sendi, demam, bengkak, sulit berkonsentrasi, dan masih banyak lainnya.

Dibandingkan dengan pria, ternyata wanita lebih rentan terkena penyakit autoimun. Bahkan, disampaikan oleh pakar imunologi dan Chairman of Allergy Immunology Autoimmune & Vaccine Clinic (ALIVE), dr. Iris Rengganis, perbandingan wanita yang mengalami penyakit autoimun dengan pria mencapai 8:1. Artinya, 8 wanita mengalami penyakit autoimun dan hanya 1 pria yang sakit autoimun.

"Kenapa wanita lebih berisiko sakit autoimun? Karena faktor hormon estrogen lebih berperan terjadi penyakit autoimun. Estrogen itu banyak di wanita, makanya wanita lebih berisiko terkena penyakit autoimun dibanding dengan pria," jelas dr. Iris dalam peluncuran klinik ALIVE Eka Hospital Group di Tangerang Selatan, Rabu (31/1).

Selain itu, hindari juga konsumsi makanan dan minuman secara berlebih, karena dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit imun. 

Dirinya menjabarkan, setiap orang memiliki bakat tertentu di dalam tubuhnya yang mungkin saja dapat memicu terjadinya penyakit autoimun. Maka dari itu, ia menyarankan agar masyarakat menerapkan gaya hidup yang lebih sehat supaya penyakit autoimun tidak timbul.

Apalagi mengingat penyakit autoimun tidak dapat sembuh. Kendati demikian, bukan berarti penyintas autoimun tidak dapat hidup normal. Mereka bisa juga hidup normal asalkan melakukan kontrol dengan baik agar tidak menimbulkan gejala. Semisal dengan mengontrol lingkungan dan makanan tertentu, seperti diet bebas gluten.

"Para penyintas autoimun harus melakukan diet gluten-free karena tepung gluten dapat mempengaruhi bakteri pada usus sehingga menimbulkan kerusakan dan kebocoran pada usus akibat ketidakseimbangan bakteri. Maka dari itu, supaya tidak menimbulkan gejala, mereka perlu melakukan kontrol dengan baik," tutup dr. Iris.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar