c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

07 November 2025

16:59 WIB

Vida Hadirkan Autentikasi Wajah Berbasis AI Cegah Penipuan Digital

Serangan siber kian menjadi seiring dengan terus berkembangnya taknologi Ai. VIDA menghadirkan autentikasi wajah untuk mencegah penipuan digital. 

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Vida Hadirkan Autentikasi Wajah Berbasis AI Cegah Penipuan Digital</p>
<p>Vida Hadirkan Autentikasi Wajah Berbasis AI Cegah Penipuan Digital</p>

Ilustrasi autentikasi berbasis wajah. Foto: Freepik. 

JAKARTA - Ancaman digital sudah bukan lagi hanya persoalan teknologi, melainkan dimanfaatkan untuk memanipulasi orang, melalui praktik phishing atau account takeover yang berujung pada kerugian finansial berskala masif. 

Belakangan juga ramai fenomena baru marak di dunia siber, yakni scan-as-a-service, jaringan penipu yang menyediakan akses ke jutaan akun digital.

Baru-baru ini terungkap device farm di Latvia yang melayani 15 ribu pelaku penipuan dan mengakses 48 juta rekening digital. Hal tersebut menunjukkan bahwa para penipu kini beroperasi layaknya perusahaan, lengkap dengan infrastruktur, data sharing, dan kolaborasi.

Laporan VIDA Fraud Intelligence Report 2025 memperlihatkan, kasus deepfake fraud di Asia Pasifik melonjak 1.550%, sementara 97% bisnis di Indonesia menjadi target social engineering. Sepanjang 2022 sampai 2024 juga menunjukkan kerugian sektor perbankan akibat penipuan digital, mencapai lebih dari Rp2,5 triliun. Sebagian besar terjadi karena lemahnya autentikasi konvensional, seperti SMS OTP dan kata sandi.

Fakta ini menunjukkan bahwa sistem keamanan lama tidak lagi memadai menghadapi ancaman berbasis AI.

"Teknologi deepfake kini sudah mencapai titik di mana sulit membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Maka itu, penting kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat ketahanan digital nasional dan membangun ekosistem terintegrasi yang mampu menjaga keamanan informasi dari sumber yang terpercaya," kata founder VIDA, Niki Luhur dalam keterangan tertulisnya.

VIDA pun mengembangkan AI-native security framework yang menggabungkan kemampuan computer vision, fraud detection engine, dan analisis perangkat untuk mendeteksi pola serangan yang kompleks, seperti injection attack dan virtual camera spoofing.

"Tidak hanya menganalisis foto, kami juga memahami bagaimana serangan terjadi dari perangkat, aplikasi, hingga jaringan. Itu karena di lapangan, penipuan sering kali menggunakan reverse engineering tools dan virtual camera injection untuk menipu sistem biometrik," lanjut Niki.

Teknologi tersebut juga dilengkapi oleh FaceToken dan PhoneToken, solusi autentikasi berbasis biometrik yang menggabungkan machine learning dan enkripsi tingkat tinggi. Teknologi ini memungkinkan verifikasi identitas tanpa kata sandi melalui deteksi wajah dan perangkat pengguna terdaftar.

Dengan demikian, transaksi digital berlangsung cepat, aman, dan tetap nyaman. Implementasinya di sektor keuangan pun terbukti bisa menurunkan transaksi tidak sah sampai 90% sehingga sangat membantu pekerjaan menjadi lebih efisien.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar