07 Januari 2025
16:17 WIB
Variasi Menu MBG Dapat Penuhi Asupan Gizi Meski Tanpa Susu
Sumber energi, protein, lemak dan kalsium bisa di dapat dari bahan makanan lain seperti ikan, telur, sayuran, dan kacang - kacangan
Seorang siswa bersiap menyantap sajian dalam program Makan Bergizi Gratis di SMP Negeri 61, Slipi, Jakarta, Senin (6/1/2025). ANTARA FOTO/Reno Esnir
JAKARTA – Ahli gizi dan Dietisien dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Fitri Hudayani menyatakan, menu dari program Makan Bergizi Gratis yang bervariasi masih dapat memenuhi asupan gizi anak. Sekalipun tidak menyertakan susu dalam menunya.
“Dalam memenuhi kebutuhan gizi dengan menggunakan bahan makanan yang bervariasi sangat memungkinkan (memenuhi gizi), meskipun tidak diberikan susu,” kata Fitriseperti dilansir Antara, Selasa (7/1).
Dalam menu makan siang gratis yang mulai dibagikan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia pada Senin (6/1), terdapat varian menu nasi, telur dadar atau ayam goreng, dan lauk sayur berupa wortel dan brokoli.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi harian lengkap anak, Fitri mengatakan, jumlah yang dianjurkan adalah nasi 200 gram, telur 1 butir, wortel dan brokoli sebanyak 100 gram. Juga minyak untuk mengolah yang dapat memenuhi kebutuhan energi sebanyak 575 Kkal (35%) dengan protein sebanyak 16 gram.
Dari jumlah ini, Fitri mengatakan seharusnya menu ini sudah memenuhi 30-35% kalori yang sesuai yang dapat melengkapi kebutuhan gizi harian anak untuk usia 7-9 tahun, dengan kebutuhan 1650 kilo kalori dalam sehari.
“Protein 40 gram, lemak 55 gram dan karbohidrat 250 gram, untuk kebutuhan kalsium 1000 mg/hari dapat dipenuhi salah satunya melalui makanan siang dengan komposisi gizi yang lengkap dapat memenuhi 30 - 35% kebutuhan sehari,” tuturnya.
Sementara susu yang merupakan sumber energi, protein, lemak dan kalsium bisa di dapat dari bahan makanan lain seperti ikan, telur, sayuran, dan kacang - kacangan. Fitra mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak maka penyelenggara bisa dengan menetapkan standar bahan makanan untuk siklus menunya, sehingga jumlah nilai gizi yang diberikan dapat dijamin terstandar.
Selain itu semakin meningkatnya usia anak maka akan ada penambahan kebutuhan kalori, maka itu jumlah porsi harus disesuaikan antara anak PAUD, SD, SMP dan SMA.
Tidak Diwajibkan
Sebelumnya, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan, pemberian susu dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak diwajibkan setiap hari karena pasokan susu yang belum merata di setiap daerah.
"Paling sedikit itu seminggu sekali, tidak wajib susu itu, bukan menu wajib, karena suplai susu kan belum merata di setiap daerah," kata Hasan Nasbi.
Hasan menjelaskan, pemberian susu dilakukan dengan melihat kondisi masing-masing Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Susu dapat diberikan dalam menu MBG setidaknya sekali dalam seminggu, jika SPPG tidak berada di daerah penghasil susu sapi.
Namun jika SPPG berada di daerah penghasil susu sapi atau berada dekat peternakan sapi, pemberian susu bisa dilakukan dua hingga tiga kali seminggu. "Saya tanya tadi ke Kepala SPPG, mereka itu sekali seminggu susunya. Dia bilang susu itu per hari Jumat, tapi yang (SPPG) di Cimahi yang kita kunjungi, susunya di hari Senin," ucap Hasan.
Hasan pun menceritakan, salah satu SPPG di Cimahi, Jawa Barat, sudah memberikan susu dalam kemasan botol kaca, sebagai upaya mengelola sampah dan meminimalisasi limbang.
"Di Cimahi itu lebih dari sekali susunya dan dia pakai botol kaca karena di situ ada peternakan atau pabrik susu sapi. Jadi pakai botol kaca agar tidak menimbulkan limbah," tuturnya.
MBG yang merupakan program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka resmi diberlakukan hari ini di sekolah-sekolah dan posyandu di 26 provinsi di Indonesia. Ada sekitar 190 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau Dapur MBG yang beroperasi untuk menyediakan makanan bergizi buat anak-anak sekolah dan ibu hamil mulai hari pertama ini.
Dapur-dapur MBG itu tersebar di 26 provinsi, yaitu Aceh, Bali, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Gorontalo. Kemudian, ada juga dapur-dapur MBG di Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, dan Papua Selatan.