20 Juli 2024
13:31 WIB
Upaya Mitigasi Limbah Plastik Lewat Teknologi Nuklir
BRIN bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengembangkan program Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (Nutec Plastic) sebagai solusi daur ulang limbah plastik.
Editor: Satrio Wicaksono
Paparan teknologi Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (Nutec Plastic), sebagai solusi daur ulang limbah plastik dengan teknologi nuklir. (ANTARA/HO-BRIN)
JAKARTA - Limbah plastik masih menjadi tantangan global, termasuk di Indonesia. Adalah fakta di mana sebagian besar masyarakat dunia masih sangat tergantung dengan plastik dalam kehidupan sehari-hari, apapun bentuknya.
Karenanya, perlu solusi dan komitmen bersama untuk mengatasi tantangan tersebut. Seperti kolaborasi yang dilakukan bersama antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Keduanya bekerja sama untuk mengembangkan program Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (Nutec Plastic) sebagai solusi daur ulang limbah plastik dengan teknologi nuklir.
Pengembang Teknologi Nuklir Ahli Utama, Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi BRIN, Totti Tjiptosumirat menyebut, Indonesia dianggap IAEA sebagai negara yang mampu memanfaatkan teknologi nuklir untuk mengolah limbah plastik, sehingga dijadikan negara percontohan di kawasan Asia Pasifik.
"Untuk itu, IAEA memberikan dukungan dengan cara menghibahkan fasilitas Electron Beam Machining (EBM). Tentu saja pemanfaatannya tidak hanya untuk mengolah limbah plastik, tetapi juga untuk pengembangan-pengembangan riset lain ke depannya," ujarnya, dikutip dari Antara.
Totti yang juga Technical Cooperation (TC) National Liaison Officer (NLO) Indonesia untuk IAEA mengatakan, proyek yang dinamakan dengan TC INS 1031 itu terkait dengan program unggulan IAEA bidang lingkungan, khususnya dalam rangka memitigasi atau mengurangi limbah plastik di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
"TC INS 1031 yang terkait dengan Nutec Plastic yaitu memitigasi limbah plastik atau mendaur ulang plastik yang dalam pelaksanaannya membutuhkan teknologi nuklir berupa EBM," ujarnya.
Direktur Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran BRIN Muhammad Subekti menyatakan dukungan terhadap hibah EBM 2,5 MEV dari IAEA dengan mempersiapkan segala kebutuhan infrastruktur.
Ia mengatakan, kerja sama secara internal telah dilakukan dengan periset Organisasi Riset Tenaga Nuklir untuk menentukan lokasi peletakan EBM di Kawasan Nuklir, Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ Habibie di Serpong.
"Kami mendukung dan berharap infrastruktur yang akan dibangun oleh BRIN ini bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan riset, kepentingan pengembangan industri, economic scale, atau skala lebih besar untuk kepentingan produksi yang ada di Indonesia," ujarnya.
Senior Program Management Officer IAEA, Petra Salame mengatakan, pihaknya mendukung Indonesia dalam pengembangan fasilitas berkas elektron yang akan digunakan untuk modifikasi polimer. Menurutnya, Indonesia mengalami kemajuan besar dalam dua komponen proyek, yaitu komponen hulu yang merupakan komponen daur ulang dan komponen hilir berupa pemantauan kelautan.
"Kami berharap Indonesia terus berupaya dan mencapai prestasi yang berkelanjutan," kata dia.