c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

21 Mei 2024

19:24 WIB

UNDP Akan Luncurkan Alat Pengolahan Air Untuk Sungai Citarum

UNDP fokus pada pengelolaan air yang bertanggung jawab dalam industri yang beroperasi di sepanjang Sungai Citarum yang merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat, Indonesia

<p>UNDP Akan Luncurkan Alat Pengolahan Air Untuk Sungai Citarum</p>
<p>UNDP Akan Luncurkan Alat Pengolahan Air Untuk Sungai Citarum</p>

Ilustrasi. Sejumlah anak bermain di bantaran Sungai CItarum di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (30/9/2020). Antara Foto/Raisan Al Farisi

BADUNG - Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) memainkan peran penting dalam mempromosikan solusi air berkelanjutan di World Water Forum ke-10 di Bali. Salah satunya dengan meluncurkan alat untuk pengolahan air di Sungai Citarum, Jawa Barat.

"Kami telah menguji coba alat penilaian mandiri dengan perusahaan-perusahaan di sepanjang Citarum, termasuk perusahaan tekstil, di mana kami menerima umpan balik yang positif,” kata Kepala Perwakilan Tetap UNDP Indonesia Norimasa Shimomura, di Bali, Selasa (21/5)

Norimasa menjelaskan, di Indonesia upaya UNDP mencerminkan pendekatan terpadu dalam mengatasi tantangan akses terhadap air berkualitas. Melalui kemitraan dengan Uni Eropa dan Pemerintah Indonesia, UNDP mempromosikan Prinsip-Prinsip Panduan PBB tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia.

Terutama dengan fokus pada pengelolaan air yang bertanggung jawab dalam industri yang beroperasi di sepanjang Sungai Citarum yang merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat, Indonesia.

"Kami berharap alat ini akan diadopsi oleh lebih banyak bisnis untuk menstandarisasi dan memperkuat upaya mereka dalam mencegah dan mengurangi risiko pencemaran air, di Indonesia dan di luar negeri,” ucapnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, komitmen UNDP terhadap keamanan air juga mencakup 170 negara lainnya. UNDP berupaya untuk mendorong kemajuan menuju akses yang adil terhadap air bersih dan pengelolaan air yang berkelanjutan untuk semua, dengan melibatkan digitalisasi, inovasi, dan berbagai mekanisme pembiayaan.

Portofolio air global UNDP yang luas juga mencerminkan dedikasinya dalam bekerja berdampingan dengan pemerintah dan mitra untuk mengatasi tantangan air di berbagai sektor, termasuk perubahan iklim, energi, dan pertumbuhan inklusif. Agensi tersebut bekerja secara kolaboratif dengan pemerintah, komunitas, dan mitra untuk menerapkan solusi berbasis data dan mendorong tata kelola inklusif untuk kesejahteraan bersama.

Penasehat Teknis Senior Global Air UNDP, Mary M. Matthews menekankan, air adalah kunci untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Air mencakup keseluruhan aspek masyarakat dan tidak ada manusia yang pernah hidup tanpanya.

“Kita harus mengakui air sebagai sumber daya alam yang vital dan bekerja sama untuk secara menyeluruh mengatasi isu-isu air di semua sektor. UNDP berkomitmen untuk berbagi praktik terbaik dan saling belajar untuk keamanan dan kesejahteraan air, dan saya yakin Indonesia memiliki banyak pelajaran berharga untuk dibagikan,” cetusnya.

World Water Forum ke-10 sendiri menyediakan platform unik bagi UNDP untuk berbagi keahliannya, mendorong kolaborasi, dan mengadvokasi air sebagai pilar fundamental kesejahteraan bersama. Sebagai integrator global untuk tata kelola air, UNDP berdedikasi untuk membangun masa depan yang aman air bagi semua.


Presiden Joko Widodo (depan, kiri) memimpin pembukaan KTT World Water Forum ke-10 2024 di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (20/5/2024). AntaraFoto/Nyoman Hendra Wibowo 


Sekilas Citarum
Untuk diketahui, Citarum sendiri merupakan salah satu sungai strategis nasional di Jawa Barat. Sungai ini terbentang sepanjang 297 kilometer dengan hulu Situ Cisanti di kaki Gunung Wayang Kabupaten Bandung dan bermuara di Pantai Utara Pulau Jawa, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi.

Sungai terpanjang dan terbesar di Tatar Pasundan itu melintasi 13 kabupaten dan kota. Antara lain Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Purwakarta, Karawang, serta Kabupaten Bekasi. Kemudian Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Subang, dan sebagian Kabupaten Garut.

Bagi masyarakat Jawa Barat khususnya, Sungai Citarum merupakan sumber air baku untuk air minum juga sumber irigasi bagi ratusan ribu hektare sawah yang dilintasi alirannya. Pembangkit listrik untuk masyarakat Pulau Jawa dan Bali pun memanfaatkan aliran sungai ini.

Namun, seiring laju pertumbuhan penduduk berikut peningkatan eksploitasi ruang dan sumber daya air, termasuk tingginya aktivitas industri, mengakibatkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum mengalami pencemaran. Kondisi ini kemudian berdampak kerugian ekonomi, kesehatan, sosial, ekosistem, sumber daya alam, hingga perlindungan lingkungan hidup.

Pencemaran industri, limbah pertanian, peternakan, perikanan, limbah domestik, dan persampahan telah mengubah citra Sungai Citarum yang dahulu membawa berkah sebagai pembawa bencana. Sungai Citarum bahkan pernah dinyatakan sebagai sungai paling kotor di dunia oleh Bank Dunia dan dinobatkan sebagai salah satu tempat paling tercemar di dunia oleh Green Cross Switzerland and Blacksmith Institute   pada tahun 2013.

Pemerintah merespons kondisi tersebut dengan mengambil sejumlah langkah strategis terpadu untuk menanggulangi pencemaran dan kerusakan DAS Citarum melalui integrasi kewenangan antarlembaga Pemerintah dan pemangku kepentingan. Rencana aksi penanganan pun ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum dengan Gubernur Jawa Barat selaku Komandan Satuan Tugas (Dansatgas).

Namun, persoalan Sungai Citarum tidak sebatas kondisi air. Revitalisasi harus juga menyentuh seluruh daerah aliran sungai yang kerap tergerus lantaran besarnya debit air sehingga berdampak pada pengurangan dataran hingga semakin tinggi sedimentasi.

Artinya, meski kondisi air membaik bukan berarti pencemaran limbah tertangani secara keseluruhan. Bahkan jika ditelusuri, limbah industri hingga rumah tangga kerap terbawa aliran Sungai Cilemahabang yang melintasi sejumlah kawasan industri. Sungai itu pun lantas bercampur dengan aliran Citarum. Sebaik apa pun revitalisasi Citarum Harum dilakukan apabila tidak disertai tindakan pencegahan serta penindakan tegas maka Citarum akan kembali tercemar, termasuk pembiaran terhadap pembuang limbah.

Pada penyelenggaraan KTT World Water Forum di Bali Mei 2024 ini, diharapkan DAS Citarum menjadi salah satu isu strategis yang akan dikupas tuntas melalui penanganan menyeluruh. Tujuannya, agar tidak hanya mampu mengatasi krisis tapi mampu membangun masa depan ekologi berkelanjutan dengan kualitas hidup masyarakat yang tinggi.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar