c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

28 April 2025

13:31 WIB

Undana Bangun Jadikan Dua Hutan Sebagai Laboratorium Raksasa

Kedua hutan yang kaya flora dan fuana di Lelogama dan Kaerani, dijadikan laboratorium raksasa, dibangun memadai, bersama pula infrastruktur pendukung seperti area perkemahan dan penginapan.

Editor: Rikando Somba

<p>Undana Bangun Jadikan Dua Hutan Sebagai Laboratorium Raksasa</p>
<p>Undana Bangun Jadikan Dua Hutan Sebagai Laboratorium Raksasa</p>

Ilustrasi peneliti memantau perkembangan dan perubahan pada tumbuhan saat melakukan kegiatan penelitian di kawasan hutan.  Antara Foto/Syifa Yulinnas 

KUPANG-Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur membangun laboratorium hutan di dua lokasi yang akan menjadi laboratorium hutan raksasa. Dua lokasi itu adalah Desa Lelogama di Kecamatan Amfoang Selatan dan Desa Kaerani yang terletak di sebelah selatan Bendungan Raknamo. Kedua lokasi itu terletak di Kabupaten Kupang.

Kedua Lokasi itu akan dijadikan hutan pendidikan di provinsi berbasis kepulauan itu.

Ketua Tim Pengusul Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus- Hutan Pendidikan Undana dari Fakultas Pertanian Dr.Ir. Lusia Sulo Maripan di Kupang, Senin (28/4), mengatakan bahwa hal ini merupakan komitmen Undana dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian, khususnya di bidang kehutanan.

"Inisiatif strategis ini bukan sekadar pemenuhan regulasi, melainkan sebuah investasi jangka panjang untuk mencetak lulusan kehutanan yang kompeten dan berkontribusi nyata dalam pelestarian lingkungan NTT," katanya.

Lahirnya Hutan Pendidikan ini mengusung tujuan mulia, yakni menyediakan laboratorium alam yang representatif bagi mahasiswa Prodi Kehutanan Undana. Beragam fasilitas dan infrastruktur telah direncanakan untuk mendukung fungsi Hutan Pendidikan ini secara optimal. Selain sarana pendidikan dan penelitian yang memadai, akan dibangun pula infrastruktur pendukung seperti area perkemahan dan penginapan.

Fasilitas manajemen hutan juga menjadi prioritas untuk memastikan pengelolaan kawasan yang berkelanjutan. Bahkan, Hutan Pendidikan ini akan dilengkapi dengan fasilitas konservasi dan rehabilitasi, serta potensi untuk pengembangan wisata dan edukasi berbasis ekowisata.

Inisiatif strategis ini bukan sekadar pemenuhan regulasi, melainkan sebuah investasi jangka panjang untuk mencetak lulusan kehutanan yang kompeten dan berkontribusi nyata dalam pelestarian lingkungan NTT.

"Potensi sumber daya alam di calon lokasi Hutan Pendidikan ini terbilang menjanjikan. Dominasi pohon Ampupu, spesies endemik yang menjadi ciri khas lanskap Timor, menjadi daya tarik tersendiri," ujarnya, soal pemilihan kedua lokasi.


Dosen Prodi Kehutanan itu juga mengatakan bahwa selain itu keanekaragaman fauna pun tak kalah menarik, dengan ditemukannya populasi Kuskus, Ayam Hutan, serta berbagai jenis burung endemik Pulau Timor. Kekayaan flora dan fauna ini menjadi modal berharga untuk penelitian dan konservasi.

Dirambah
Di kesempatan berbeda, Kepala Bidang (Kabid) Wilayah II Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) San Andre mengatakan 7.000 hektare lahan kawasan hutan konservasi di Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat telah dirambah.

"Luas lahan hutan kawasan konservasi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang telah dimasuki oleh perambah ada seluas 7.000 hektare dan itu ada di sekitar Kecamatan Suoh, kalau di Kecamatan Sekincau belum terdata," ujar dia di Lampung Barat, Minggu.

Dikutip dari Antara, dia mengatakan ada lahan seluas 7.000 hektare tersebut berisi pondok singgah para perambah yang rata-rata mengusahakan perkebunan jenis tanaman kopi.Komposisi domisili para perambah terdiri atas warga dengan kartu tanda penduduk (KTP) Lampung Barat dan ada yang domisili luar Lampung Bara

"Dengan desakan harga kopi yang mahal berdampak negatif juga terhadap kebutuhan lahan jadi mereka merambah ke taman nasional," katanya.

Dia menjelaskan cara utama melakukan perambahan itu dengan menghilangkan tanaman asli di taman nasional agar tanaman kopi tidak tertutup tanaman tajuk tinggi. "Dari 7.000 hektare hanya tersisa beberapa area kecil, terutama di lembah yang tanaman tajuk tingginya masih tersisa. Sebab area itu tidak bisa ditebang oleh perambah, yang ditebang biasa yang daerah datar dan dibuat perkebunan kopi," katanya.

Berdasarkan data TNBBS rekap perambah di lokasi rawan konflik harimau Sumatra di Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh, Kabupaten Lampung Barat total 1.923 orang di tiga desa, yaitu Sukamarga, Ringin Sari, dan Tugu Ratu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar