12 Februari 2025
11:02 WIB
UGM x Edinburgh University Buat Robot Dari Rangka Biawak
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta bekerja sama dengan Edinburgh University, menciptakan necrorobot biawak atau robot yang dibuat dari rangka asli seekor biawak.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Satrio Wicaksono
Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi dengan Edinburgh University menciptakan necrorobot biawak, robot dari rangka asli seekor biawak. Foto: laman UGM.
JAKARTA - Dalam upaya menciptakan bahan atau alat pembelajaran di bidang sistematika hewan, tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta bekerja sama dengan tim dari Edinburgh University, menciptakan necrorobot biawak atau robot yang dibuat dari rangka asli seekor biawak.
Memadukan antara ilmu sains dan engineering, pembuatan necrorobot biawak ini digagas oleh Dosen Fakultas Biologi Dr. Eko Agus Suyono dengan Dosen Edinburgh University, Dr. Parvez Alam pada September tahun lalu.
Ide awalnya bermula dari kedatangan Parves Alam bersama dua mahasiswanya yang tengah menempuh pendidikan master degree School of Engineering di University of Edinburgh, Leo Foulds dan Nadia Ditta untuk datang dan bekerja di Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM.
Secara khusus kedatangan dua mahasiswa asing tersebut memang ingin mempelajari kerangka reptil terutama biawak dan ular. Termasuk mempelajari bagaimana cara reptil bergerak, taksonomi, dan anatomi reptil yang ada di Indonesia.
Dari situlah ide membuat necrorobot biawak tercetus. Di mana setelah ide itu muncul, pada dua minggu pertama, kedua tim berbagi tugas dari mempelajari pergerakan biawak. Termasuk yang dilakukan Dr. Pervez Alam, merekam biawak dewasa hidup saat berjalan.
Selanjutnya, kedua tim mempelajari mekanika tulang biawak dan melakukan CT Scan rangka biawak untuk membuat cetakan rangkanya. Dari situlah kemudian rangka tersebut dipasang mesin robot saat mereka kembali ke Edinburgh.
Setelah pada pertengahan Januari 2025, Parvez sempat menghubungi Eko Agus Suyono dan Donan untuk menunjukkan video yang berisi rekaman cetakan rangka biawak yang dapat berjalan setelah dipasang mesin necrorobot. Pada akhir Januari 2025, akhirnya Parvez membawa langsung mesin necrorobot tersebut ke Fakultas Biologi UGM, dan merangkainya dengan kerangka biawak asli.
"Selama merangkai mesin robot pada rangka biawak asli, dibantu oleh Donan Satria Yudha, ia juga dibantu oleh Frans dari staf Museum Biologi serta beberapa mahasiswa,"kata Eko.
Eko mengakui bahwa merangkai robot pada kerangka biawak asli bukanlah sesuatu yang muda. Namun bersama Parvez dan sejumlah pihak yang membantunya, mereka berhasil menyelesaikan dalam tiga hari. Hingga akhirnya berhasil menyusun necrorobot biawak yang dapat bergerak sederhana. Meski menghadapi tantangan seperti adanya perbedaan bahan, komposisi serta struktur antara cetakan dengan tulang aslinya.
Selanjutnya setelah tercipta menjadi robot utuh yang dapat bergerak, necrorobot biawak tersebut akan dihibahkan oleh Parvez ke Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM, agar kelak dapat menjadi pembelajaran baru bagi dosen dan para mahasiswa umumnya.
"Bagi Fakultas Biologi kegiatan mempelajari dan merangkai necrorobot dari rangka biawak ini merupakan pengetahuan yang baru," kata Eko.