28 Maret 2025
14:04 WIB
Trimethylaminuria, Sindrom Bau Ikan Yang Signifikan Turunkan Kualitas Hidup
Bagi penderita sindrom bau ikan, dukungan sosial dan pemahaman dari lingkungan sekitar adalah kunci untuk menghadapi kondisi ini.
Editor: Rendi Widodo
Ilustrasi terganggu aroma tubuh. Freepik
JAKARTA - Keringat mungkin sering dikaitkan dengan aroma tubuh. Sering kali aroma tubuh ini juga dikaitkan dengan makanan yang dimakan atau fisiologis seseorang. Namun, bagaimana jadinya jika aroma tubuh Anda beraroma ikan menyengat?
Adalah Trimethylaminuria (TMAU) atau yang lebih dikenal sebagai sindrom bau ikan, yakni sebuah kondisi metabolik langka yang menyebabkan tubuh seseorang mengeluarkan bau menyengat seperti ikan busuk.
Dikutip dari Live Science, kondisi ini disebabkan oleh penumpukan senyawa kimia bernama trimethylamine dalam tubuh, yang biasanya dikeluarkan melalui keringat, urin, dan napas. Bagi penderitanya, TMAU bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga psikologis dan kehidupan sosial mereka.
Pada tubuh manusia normal, enzim FMO3 berperan penting untuk mengubah trimethylamine menjadi senyawa tak berbau yang disebut trimethylamine-N-oxide.
Namun, pada penderita TMAU, mutasi pada gen FMO3 menyebabkan enzim ini tidak bekerja semestinya, sehingga trimethylamine tetap ada dalam tubuh dan dilepaskan melalui cairan tubuh.
Mutasi genetik ini diwariskan secara autosomal resesif, di mana seorang anak harus mewarisi gen yang bermutasi dari kedua orang tua agar mengembangkan kondisi tersebut.
Gejala TMAU dapat muncul sejak lahir atau berkembang di masa pubertas, ketika perubahan hormonal terjadi. Kondisi ini pun bisa terjadi dalam dua kategori, di mana beberapa penderita mengalami bau menyengat terus-menerus, sementara yang lain hanya mengalaminya secara episodik tergantung pola makan dan tingkat stres.
Kondisi TMAU pun bisa diperburuk oleh makanan tertentu, seperti ikan, telur, hati, dan kacang-kacangan, yang memicu produksi trimethylamine di dalam tubuh.
Banyak penderita yang merasa cemas, malu, atau bahkan mengalami depresi karena interaksi sosial mereka terganggu. Dalam beberapa kasus, kondisi ini bahkan bisa menjadi ganjalan seseorang dari kesempatan kerja atau hubungan pribadi.
Tidak ada obat untuk TMAU, namun langkah-langkah tertentu dapat membantu penderita mengelola gejalanya.
Penderita disarankan untuk menghindari makanan yang memicu produksi trimethylamine, seperti makanan laut dan berbagai produk hati. Selain itu, penggunaan sabun dengan pH asam, pengurangan aktivitas berat yang menyebabkan keringat berlebih, serta manajemen stres dapat membantu mengurangi intensitas bau.
Pendekatan medis juga tersedia untuk membantu penderita. Dokter dapat meresepkan dosis rendah antibiotik untuk mengurangi jumlah bakteri di usus yang menghasilkan trimethylamine. Ilmu kedokteran sendiri hingga kini tak pernah berhenti meneliti TMAU untuk memahami kondisi ini dengan lebih baik dan mencari solusi yang lebih efektif.
Kondisi ini memang langka, dengan prevalensi yang diperkirakan sangat rendah, yaitu hanya terjadi di antara 1 dari 200.000 hingga 1 juta orang.
Bagi penderita TMAU, dukungan sosial dan pemahaman dari lingkungan sekitar adalah kunci untuk menghadapi kondisi ini. Dengan pemahaman yang lebih baik, penderita bisa mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan untuk menjalani hidup dengan lebih baik.