08 Mei 2025
18:03 WIB
Tren Cokelat Dubai Membuat Pasokan Pistachio Langka
Tren cokelat viral asal Dubai ternyata berdampak besar pada ketersediaan kacang pistachio di seluruh dunia.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Rendi Widodo
Ilustrasi kacang pistachio. Unsplash
JAKARTA - Belum lama ini, Indonesia turut mengalami demam tren cokelat Dubai yang viral di media sosial. Fenomena ini bermula dari beragam unggahan di TikTok dan Instagram ini menampilkan potongan cokelat isi krim pistachio dan knafeh khas Timur Tengah, lengkap dengan lelehan cokelat yang menggugah selera.
Video-video tersebut langsung menarik perhatian warganet Indonesia, terutama para pecinta makanan manis, dan mendorong banyak orang mencoba membuat atau membeli versi lokalnya. Saking viralnya, setiap outlet yang menjual cokelat Dubai langsung diserbu pembeli dan laris manis.
Menurut laporan Food Navigator, tren cokelat viral asal Dubai ternyata berdampak besar pada ketersediaan kacang pistachio di seluruh dunia. Permintaan yang melonjak tajam terhadap cokelat yang memadukan pistachio dan knafeh ini menyebabkan kelangkaan pasokan di berbagai negara.
Tren ini bermula dari produk Fix Dessert Chocolatier yang viral di TikTok. Kepopulerannya mendorong banyak produsen di berbagai negara untuk menciptakan versi serupa, menyebabkan lonjakan permintaan kacang pistachio secara drastis.
Tak tanggung-tanggung, harga pistachio melonjak dari €6,65 atau sekitar Rp113 ribu per pon tahun lalu menjadi €8,96, yang setara dengan Rp152 ribu per pon pada tahun ini. Di Amerika Serikat, salah satu produsen pistachio terbesar di dunia, pasokan pistachio menurun hingga 20%, sehingga petani dan distributor kewalahan memenuhi lonjakan permintaan pasar.
Sementara itu, Iran sebagai produsen pistachio terbesar kedua dunia mencatat peningkatan ekspor hingga 40% ke Uni Emirat Arab dalam enam bulan terakhir hingga Maret 2025, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal, sebelum tren cokelat Dubai ini mencuat, pasokan pistachio global memang sudah tidak stabil.
Lonjakan permintaan dari industri cokelat di seluruh dunia makin memperburuk situasi. Meski demikian, kondisi ini tidak menyurutkan niat produsen makanan dan ritel untuk merilis versi cokelat pistachio mereka sendiri.
Di berbagai negara, rak-rak supermarket ramai dengan produk cokelat berisi pistachio dalam berbagai bentuk dan harga. Beberapa toko bahkan membatasi jumlah pembelian per orang karena stok yang cepat habis.
Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan besar, akankah tren cokelat Dubai bertahan lama atau justru hanya menjadi sensasi sesaat yang perlahan meredup? Yang pasti, jejaknya sudah meninggalkan dampak nyata pada pasokan pistachio di seluruh dunia.