c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

08 November 2025

09:36 WIB

Transformasi Teknologi Mengukur Jejak Waktu Fosil Arkeologi

Derasnya arus teknologi mau tidak mau juga mendorong riset-riset arkeologi melakukan transformasi. Inovasi arkeometri membuka jalan baru membaca masa lalu secara akurat.

<p>Transformasi Teknologi Mengukur Jejak Waktu Fosil Arkeologi</p>
<p>Transformasi Teknologi Mengukur Jejak Waktu Fosil Arkeologi</p>

Peneliti melakukan ekskavasi di situs Candi Koto Mahligai, kompleks Candi Muarajambi, Muarojambi, Jambi. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan.  

JAKARTA - Teknologi kian maju, membuat semua hal bisa dilakukan dengan cepat dan akurat, termasuk mengukur jejak waktu fosil-fosil arkeologi. Transformasi riset arkeologi Indonesia pun  telah menuju praktik ilmiah yang terukur dan berbasis data digital. 

Dari laboratorium penanggalan hingga analisis bentuk tiga dimensi, inovasi arkeometri membuka jalan baru untuk membaca masa lalu manusia dengan akurasi dan keandalan tinggi.

Melalui penguasaan teknologi modern, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan perannya dalam membangun ekosistem riset arkeologi yang adaptif terhadap tantangan zaman. Sains penanggalan bukan hanya tentang menentukan usia fosil, melainkan tentang membangun kronologi pengetahuan yang dapat dipercaya. 

Sejalan dengan hal itu, di forum Union Internationale des Sciences Préhistoriques et Protohistoriques (UISPP) Inter-Congress Conference 2025, para peneliti BRIN mempresentasikan berbagai inovasi ilmiah dalam penanggalan fosil dan analisis material prasejarah. Ini menjadi babak baru dalam penelitian arkeologi tropis.

Kemajuan arkeologi modern kini tak lagi hanya bergantung pada ekskavasi di lapangan, melainkan juga pada kemampuan membaca jejak waktu melalui laboratorium berteknologi tinggi. 

Peneliti Pusat Riset Arkeometri BRIN, Anton Ferdianto, memperkenalkan riset berjudul Using Fourier Transform Infrared Spectroscopy as a Tool to Detect Diagenesis in Fossil Teeth from Pucung (PCTS), Indonesia: Implication for ESR/U-Series Dating.

"Kajian ini menggunakan teknik Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) untuk mendeteksi tingkat pelapukan mineral pada gigi fosil," katanya, dikutip dari laman brin.go.id.

Teknologi ini membantu memastikan fosil yang diteliti benar-benar representatif secara geologis. "Dengan data laboratorium yang presisi, kita bisa memperbaiki kronologi evolusi manusia di Asia Tenggara sekaligus meningkatkan kredibilitas sains arkeologi Indonesia di forum global," jelas Anton.

Peneliti Pusat Riset Arkeometri BRIN, Marlin Tolla, menyoroti keterkaitan teknologi batu prasejarah dengan adaptasi manusia purba di wilayah tropis dalam paparannya, Pleistocene Stone Tools and Human Adaptation in Sahul: New Evidence from Inumaki Cave, Biak Island, Papua.

"Melalui analisis morfometri dan jejak penggunaan alat batu, penelitian ini menunjukkan bahwa manusia purba di Papua telah mengembangkan teknik produksi alat yang kompleks untuk menghadapi kondisi geografis ekstrem," jelasnya. 

Menurutnya, temuan ini memperluas pemahaman tentang variasi budaya manusia prasejarah di kepulauan timur Indonesia. Sekaligus mengisi celah pengetahuan tentang jalur migrasi manusia ke kawasan Pasifik.

Mohammad Ruly Fauzi, Peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Arkeometri BRIN, memperkenalkan metode analisis bentuk berbasis digital melalui riset Unveiling the Shape-Shifting Past: A Geometric Morphometric Analysis of Indonesian Handaxes

"Dengan teknik geometric morphometrics, kami memetakan variasi bentuk alat batu secara kuantitatif dan membandingkannya lintas situs di Nusantara," terangnya.

Dengan semangat Science for Society, BRIN terus berupaya menjadikan temuan masa lampau sebagai inspirasi untuk masa depan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar