20 Maret 2024
14:56 WIB
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Minuman manis dan menyegarkan jadi salah satu yang paling dicari untuk membatalkan puasa. Setiap daerah pasti punya jenis minuman khas yang cukup menggugah, misalnya es pisang ijo dari Makassar, es laksamana mengamuk dari Riau, hingga es timun serut khas Aceh.
Selain dari nama-nama di atas, ada satu lagi minuman menyegarkan yang menarik untuk diulas, yakni Toge Panyabungan yang berasal dari Mandailing Natal, Sumatra Utara.
Jangan terfokus pada namanya, karena sama sekali tidak menggunakan bahan baku taoge. Meski tidak ada catatan pasti mengenai bagaimana asal-usulnya, namun toge panyabungan diyakini sudah terkenal di Mandailing Natal sekitar tahun 1940.
Toge panyabungan memiliki tampilan layaknya perpaduan kolak dan es dawet. Tapi dari segi isian dan rasa, sangat berbeda. Dalam satu porsi toge panyabungan biasanya terdiri dari ketan hitam atau merah, tape singkong, candil, lopis, serta cendol atau dawet berbentuk kecil-kecil seperti tauge, kemudian diguyur kuah santan kental dan air gula aren.
Dibuat dengan menggunakan bahan-bahan alami, warna hijau pada cendol biasanya menggunakan air sari pandan. Kebanyakan pedagang toge panyabungan mempertahankan masih menggunakan tunggu kayu bakar dalam proses pembuatannya. Diyakini dapat menghasilkan rasa yang lebih sedap.
Selain itu, beberapa kedai toge panyabungan di luar daerah juga sengaja memesan gula aren khusus dari daerah Mandailing Natal, untuk menjaga cita rasanya.
Toge panyabungan menjadi santapan khas berbuka puasa saat Ramadan. Tanpa menguras kantong, biasanya toge panyabungan dijual dengan harga Rp5.000-Rp10.000 per porsi.