05 Desember 2022
18:02 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) 2022 selesai digelar. Festival yang diinisiasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rangka kampanye nilai antikorupsi ini ditutup dengan penyelenggaraan Malam Anugerah ACFFEST di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail Jakarta, Sabtu (3/12) lalu.
Sederet pemenang diumumkan, berasal dari segmen kompetisi Proposal Ide Cerita, Film Pendek Fiksi, dan Film Pendek Dokumenter.
“Titip Sendal”, film pendek fiksi produksi komunitas Historia (Pontianak) menjadi pemenang untuk kategori Short Film yang merupakan hasil dari kompetisi Proposal Ide Cerita. Film ini menghadirkan kisah yang unik sekaligus menyentuh tentang budaya korupsi, berangkat dari keseharian masyarakat.
Film “Titip Sendal” menggambarkan konteks lokal yang kuat dan mengambil latar situasi pandemi. Di sini, beragam karakter masyarakat dijejalkan ke dalam sinema, mulai dari yang tidak jujur, penggunjing hingga yang selalu merasa benar sendiri. Namun di antara semua itu, ‘budaya’ bersama yang tampak mencolok adalah korupsi dalam bentuk yang paling terselubung dan cenderung tidak disadari, yaitu korupsi waktu.
Diceritakan di suatu desa, para petugas kesehatan bersiap menggelar vaksinasi covid-19, di hari yang telah dijadwalkan. Untuk mendapatkan vaksin, setiap warga harus mengantri. Karena jumlah yang antri sangat banyak, maka dipakailah sandal sebagai penanda nomor antrian.
Tapi, banyak warga yang mencoba ‘bermain’ dengan antrian sendal ini. Banyak yang menitipkan sandalnya kepada kerabat atau orang terdekat yang bekerja sebagai petugas kesehatan. Banyak sandal yang sudah antre sejak subuh hari sebelum pendaftaran dimulai, sementara pemiliknya entah di mana.
Masalah muncul ketika siang hari, warga mulai ramai masuk ke dalam antrian. Ternyata, banyak sandal yang mirip satu sama lain, sehingga menimbulkan kegalauan: siapa pemilik dari sandal di antrian tertentu?
Sineas dalam film ini menghadirkan klimaks dan penyelesaian cerita yang sederhana, cenderung ‘banal’. Warga digambarkan akhirnya saling bertengkar, menimbulkan kegaduhan di lokasi vaksinasi. Ujungnya, lantai tempat vaksinasi yang berada di pinggiran danau ambruk, puluhan orang jatuh ke dalam air.
Terlepas dari bangunan plotnya, film “Titip Sendal” mampu menghibur sekaligus memberi pesan penting tentang budaya korupsi. Selain itu, yang membuat film ini menarik juga adalah warna komedi yang dihadirkan, tampak lewat penggambaran karakter-karakter di dalam film yang unik, terasa dekat dan menggelitik hati penonton.
Gerakan Anti Korupsi Lewat Film
Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Masyarakat KPK, Wawan Wardiana dalam sambutannya di Malam Anugerah ACFFEST 2022 mengatakan bahwa film-film terbaik yang masuk dalam nominasi kompetisi tahun ini adalah bagian dari kontribusi untuk memberantas korupsi.
Khusus untuk kategori film dari Proposal Ide Cerita, Wawan menyebutkan tahun ini ada lebih dari 500 proposal yang masuk, menandai tingginya partisipasi publik untuk gerakan kampanye antikorupsi di Indonesia. Proposal itu datang dari berbagai penjuru tanah air, mulai dari Sorong, Pontianak, Sidoarjo hingga Yogyakarta.
“Saya ucapkan terima kasih tentunya kepada semua pihak, masyarakat Indonesia dari Aceh hingga Papua yang sudah turut berpartisipasi untuk turut aktif membantu KPK memberantas korupsi melalui film ini,” ungkap Wawan.
“Diharapkan tentunya ACFFEST ini menjadi salah satu pusat atau simbol gerakan masyarakat Indonesia dalam bentuk karya film,” imbuhnya lagi.
Harapan pemberantasan korupsi yang melibatkan masyarakat luas itu, khususnya dari ekosistem film, setidaknya terealisasi lewat beragam film yang berpartisipasi di ACFFEST tahun ini, terutama film-film pemenang kompetisi.
Selain “Titip Sendal”, film pemenang ACFFEST lainnya di kategori Short Film yaitu “Loma” (Relung Production, Yogyakarta” yang meraih Favorite ACFFEST Movie Award.
Film “Sedikit” (Nirmana Films, Blora) meraih Best ACFFEST Movie Award dan “Soto Ayam” (Tutur Creative) meraih 2nd Winner di kategori Short Fiction. Sementara film “Labirin Lembusora” (Javora Studio, Blitar) mendapat Special Mention ACFFEST Movie Award, di kategori yang sama.
Kemudian kategori Short Documentary, dengan pemenang yaitu film “Elin” (Yayasan Gotong Royong Kreatif, Aceh) yang meraih Best Film, dan “Utan Bi’ha Re’hi” (Loka Pola, Maumere) yang meraih Special Mention.
Film-film tersebut adalah yang terbaik tahun ini berdasarkan penilaian dewan juri. Mereka adalah Kamila Andini dan Yulia Evina Bhara sebagai juri untuk kategori Proposal Ide Cerita, Wregas Bhanutedja dan Rahabi Mandra menjadi juri untuk kategori film pendek fiksi, serta Tonny Trimarsanto dan Chairun Nissa sebagai juri pada kategori dokumenter.