26 Februari 2025
12:50 WIB
Tips Menjaga Kesehatan Psikologis Saat Menggunakan Paylater
Secara psikologis, fenomena paylater dapat meningkatkan kecemasan dan mengganggu mental well-being bagi penggunanya, karenanya pengelolaan emosi menjadi penting, sambil gunakan uang bertanggung jawab.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Ilustrasi Paylater. Shutterstock/dok
JAKARTA - Layanan buy now, pay later atau yang lebih dikenal sebagai paylater semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia. Dengan kemudahan yang ditawarkan, sehingga pengguna membeli barang atau layanan tanpa membayar langsung dan banyak orang yang tergoda untuk menggunakannya.
Menurut Disya Arinda, Psikolog Klinis, penggunaan paylater yang didorong oleh dorongan impulsif dapat berujung pada stres finansial dan kecemasan yang berkelanjutan.
"Secara psikologis, fenomena ini dapat meningkatkan kecemasan dan mengganggu mental well-being. Oleh karena itu, penting untuk tidak hanya mempertimbangkan manfaat sebelum menggunakan paylater, tetapi juga dampaknya pada kesehatan mental," ujar Disya.
Tak berhenti di situ, ia juga menekannya saat setelah menggunakannya, pengelolaan emosi dan keuangan yang baik juga diperlukan agar dapat bertanggung jawab atas keputusan finansialnya sehingga tidak menjadi pemicu stres jangka panjang.
Sebagai salah satu pelopor layanan paylater di Indonesia, Kredivo menegaskan komitmennya untuk mengedukasi pengguna agar memanfaatkan paylater secara bijak.
"Kami percaya bahwa paylater adalah instrumen keuangan yang dapat membantu pengguna memenuhi berbagai kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidup, bukan sebagai sarana untuk gaya hidup boros dan berlebihan," ujar Indina Andamari, SVP Marketing & Communications Kredivo, melalui kampanye seperti #AutoMikir dan #AndaiAndaPandai.
Pihaknya juga terus berinovasi dan memperluas jangkauan layanan dengan tetap konsisten memberikan edukasi kepada pengguna dan memperkuat manajemen risiko, untuk memastikan keyakinan kami tersebut dapat selalu terealisasi. Selain itu, mereka juga menerapkan prinsip responsible lending dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam manajemen risiko.
"Dengan sistem ini, Kredivo menetapkan dan meninjau limit kredit secara berkala, menyesuaikannya dengan kemampuan bayar pengguna, sehingga penggunaan paylater tidak mengganggu arus keuangan pribadi," jelasnya.
Lantas, bagaimana agar paylater dapat digunakan secara sehat dan tidak menjadi beban psikologis?
Disya Arinda menekankan, sebelum memutuskan untuk menggunakan paylater, penting untuk memahami motivasi dan rasionalisasi di balik keputusan tersebut. Tanyakan pada diri sendiri apakah barang atau layanan yang ingin dibeli benar-benar diperlukan, apakah cicilannya dapat dilunasi tepat waktu, serta apakah penggunaan paylater akan membantu mengelola cash flow atau justru membuat lebih boros.
Proses berpikir yang rasional ini membantu memastikan bahwa keputusan finansial didasarkan pada kebutuhan yang jelas, bukan sekadar dorongan emosional. Selain itu, kondisi psikologis juga berperan penting dalam penggunaan paylater.
Saat mengalami stres atau tekanan emosional, seseorang cenderung mengambil keputusan impulsif tanpa mempertimbangkan risiko jangka panjang.
"Dalam kondisi ini, penggunaan paylater justru bisa memperburuk keadaan. Jika kesulitan membayar tagihan, dampaknya tidak hanya terbatas pada kondisi keuangan, tetapi juga dapat meningkatkan kecemasan atau bahkan berisiko menyebabkan depresi. Oleh karena itu, penting untuk menghindari penggunaan paylater saat kondisi psikologis tidak stabil agar tidak terjebak dalam siklus utang yang semakin membebani," terang Disya.
Selanjutnya, pengelolaan limit paylater secara bijak dan terukur juga menjadi faktor kunci dalam menjaga stabilitas keuangan. Menggunakannya dalam jumlah wajar sesuai dengan kemampuan finansial dapat membantu menjaga keseimbangan arus kas dan bahkan meningkatkan skor kredit.
Namun, penggunaan yang berlebihan dalam satu waktu dapat menciptakan ilusi kemudahan dalam berbelanja tanpa pertimbangan matang, yang berisiko menyebabkan gagal bayar. Selain itu, penting untuk selalu mengingat bahwa meskipun paylater memberikan fleksibilitas dalam bertransaksi, kewajiban untuk membayar tetap ada.
Jika pengguna sengaja melakukan gagal bayar (galbay), skor kredit di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK tentunya bisa menurun. Hal ini dapat berdampak jangka panjang, di mana pengguna mengalami kesulitan dalam mengajukan kredit lain di masa depan, termasuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau pinjaman usaha.
Pada akhirnya, baik atau buruknya paylater bergantung pada bagaimana setiap individu menggunakannya. Disya menekankan bahwa edukasi finansial dan kesadaran diri sangat penting dalam mengambil keputusan terkait layanan keuangan.
"Seringkali saat sedang terdesak atau BU (Butuh Uang), kita ingin segera mengambil keputusan. Padahal, keputusan yang diambil dalam kepanikan bisa berdampak negatif secara finansial maupun psikologis. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk lebih sadar sepenuhnya atau mindful ketika menggunakan layanan pembiayaan, supaya tidak menambah tekanan di kemudian hari," tutup Disya.