31 Mei 2025
16:19 WIB
Tips Menjadi Tour Leader, Profesi Menarik Bagi Yang Suka Jalan-jalan
Traveling membuka mata pada keindahan dunia dan keberagaman budaya. Hal inilah yang mengajarkan bahwa ada begitu banyak cara untuk hidup, berpikir, dan bermimpi.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Andesta Herli Wijaya
Harmini Marzusy, tour leader pemilik Jalan Langit Tour and Travel. Sumber foto: Instagram/ @jalanlangit_tour.
JAKARTA - Siapa yang tak menyukai traveling? Hobi yang satu ini kerap menjadi pelarian dari penatnya rutinitas. Bagi banyak orang, perjalanan adalah cara untuk menyegarkan pikiran, menjelajah tempat baru, mencicipi makanan asing, hingga sekadar menikmati pemandangan yang tak ditemukan di halaman rumah sendiri.
Lebih dari itu, traveling membuka mata pada keindahan dunia dan keberagaman budaya. Hal inilah yang mengajarkan bahwa ada begitu banyak cara untuk hidup, berpikir, dan bermimpi.
Nyatanya, setiap kali traveling bisa menjadi salah satu ladang bisnis yang ternyata sangat menghasilkan. Contoh nyatanya adalah Harmini Marzusy pemilik Jalan Langit Tour and Travel.
Bermula dari hobi dan mengemban gelar Magister Manajemen dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Zusy memulai perjalanannya sebagai tour leader (TL) dengan membimbing grup ke Singapura. Awalnya hanya membawa 12 peserta, namun pengalaman itu justru menjadi titik balik dalam hidupnya. Ia merasa terpanggil untuk menjadikan profesi ini sebagai jalan hidup.
Kini, Zusy telah menjelajahi hampir 70 negara, dengan destinasi favorit di Eropa Barat, seperti Paris, Amsterdam, Swiss, dan Roma. Ia juga tercatat sebagai anggota aktif Indonesia Tour Leader Association (ITLA), memiliki sertifikasi internasional dari Pramindo, dan pernah menyabet predikat The Best Tour Leader serta Certified Professional Tour Leader tahun 2022.
Tips Menjadi Tour Leader Profesional
Dari pengalaman bertahun-tahun memandu tur ke berbagai belahan dunia, Zusy telah memetik banyak pelajaran berharga. Baginya, menjadi tour leader dapat menjadikan hobi ini sebagai jalan hidup.
Langkah pertama dimulai dari kecintaan yang tulus terhadap traveling. Menurutnya, kalau memang mencintai dunia perjalanan, jadikan itu bukan sekadar pelarian dari rutinitas, tapi sebagai panggilan untuk berbagi cerita dan pengalaman kepada orang lain.
Karena dalam setiap perjalanan, hal-hal tak terduga pasti akan muncul. Entah itu peserta yang kehilangan paspor, cuaca yang berubah drastis, atau jadwal penerbangan yang tertunda. Semua itu menuntut kesiapan mental, rencana cadangan, serta kebiasaan menyimpan dokumen penting baik secara fisik maupun digital.
Namun, lebih dari sekadar mengatur jadwal dan menunjukkan arah, seorang tour leader yang baik harus mampu menjadi sahabat perjalanan. Menyapa peserta dengan tulus, mendengarkan harapan mereka, dan menciptakan suasana nyaman akan membuat perjalanan lebih bermakna bagi semua orang yang ikut.
Di sisi lain, mengenali budaya setempat dan menguasai bahasa asing, setidaknya bahasa Inggris adalah nilai tambah yang sangat berharga. Jika memungkinkan, pelajari juga bahasa lokal seperti Jepang atau Korea, karena ini bisa membuka jalan komunikasi dan memperkaya pengalaman budaya.
"Kunci dari bisnis travel yang berkelanjutan adalah kepuasan pelanggan. Bukan soal siapa paling murah, tapi siapa yang paling berkesan. Pelayanan yang tulus, perhatian terhadap detail, dan kehangatan hubungan akan membuat peserta kembali dan menyebarkan kabar baik tentang pengalaman mereka," ungkap Suzy dalam pernyataan tertulis, dikutip Sabtu (31/5).
Ia pun menegaskan agar jangan takut untuk memulai dari nol. Modal tidak selalu harus besar. Bahkan dengan pengalaman, semangat, dan jaringan yang dibangun perlahan, hal ini bisa menciptakan sesuatu yang berarti.
Pasalnya, dunia pariwisata terus berubah mulai tren, teknologi, dan selera wisatawan pun terus bergeser. Untuk itu, adaptasi adalah kunci dan mau belajar, serta terus menyesuaikan.
Media sosial pun kini menjadi alat penting dalam membangun kepercayaan dan memperkenalkan jasa. Gunakan kekuatan konten yang jujur dan testimoni nyata dari pelanggan. Ceritakan prosesmu, tantanganmu, dan juga keseruan di balik layar sebuah perjalanan.
"Perjalanan merupakan seni menikmati momen, mengatasi rintangan, dan menjalin hubungan sosial yang bermakna. Dari situlah kamu akan menemukan arti sesungguhnya dari traveling. Jangan lupa menikmati setiap prosesnya," pungkasnya.