Selamat Malam

Kamis, 6 November 2025

KULTURA

09 November 2023

14:07 WIB

Tim UNS Temukan Permen Penyembuh DBD

Permen ini menggunakan formulasi nanoenkapsulasi ekstrak daun pepaya.

Tim UNS Temukan Permen Penyembuh DBD
Tim UNS Temukan Permen Penyembuh DBD
Permen kapas untuk meningkatkan trombosit buatan mahasiswa UNS di Solo, Jawa Tengah, Kamis (9/11/202 3). Humas UNS

SOLO- Penurunan trombosit hingga kini masih menjadi momok bagi mereka yang terkena demam berdaran dengue (DBD).  Kerap kali kondisi trombositopenia atau penurunan trombosit di bawah batas normal ini mengakibatkan pendarahan seperti mimisan. Dari hal ini, Tim Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Eksakta (RE) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengembangkan permen kapas peningkat trombosit yang juga pasti disukai anak-anak.

Permen ini menggunakan formulasi nanoenkapsulasi ekstrak daun pepaya untuk membantu penyembuhan pasien demam berdarah dengue (DBD).

Salah satu anggota tim, Lidya Intan Setyaningsih, di Solo, Jawa Tengah, Kamis (9/11), mengatakan bahwa  kondisi tersebut membuat masyarakat memanfaatkan bahan alam, seperti daun pepaya, sebagai pengobatan DBD. 

"Daun pepaya mengandung enzim papain yang mampu meningkatkan kadar trombosit. Akan tetapi, enzim papain mudah rusak pada suhu tinggi," katanya.

Sayangnya   enzim tersebut memiliki rasa pahit dan bau yang kurang sedap sehingga membuat anak-anak enggan mengonsumsi, baik dalam bentuk olahan sayur maupun ekstrak. Oleh karena itu, ia bersama timnya memanfaatkan teknologi nanoenkapsulasi untuk menutupi rasa dan aroma yang kurang sedap dari daun pepaya serta meningkatkan stabilitas enzim papain.

"Selanjutnya nanopartikel yang didapat dibentuk permen kapas berupa serat halus yang manis dan lembut sehingga akan lebih disukai oleh anak-anak," katanya.

Anggota tim lain, Niken Larasati, mengatakan proses pembuatan diawali dengan ekstraksi daun pepaya menggunakan pelarut air sehingga aman dikonsumsi.

"Ekstrak tadi kemudian ditambahkan polimer kitosan dan pektin untuk membentuk gulungan partikel berukuran nano berisi enzim papain. Sistem ini akan melindungi enzim dari kerusakan akibat suhu tinggi dan pH yang asam serta menyamarkan bau dan rasa yang tidak sedap," katanya..

Selanjutnya, larutan nanoenkapsulasi ditambahkan gula sebagai basis permen kapas dan cryoprotectant lalu dikeringkan dengan teknik kering beku hingga menjadi serbuk gula. "Permen kapas dibuat dari serbuk gula nanoenkapsulasi menggunakan teknik entrifugal melt spinning sehingga didapatkan serat halus yang manis, lembut, mudah meleleh di mulut," urainya.

Tim ini berharap, inovasi mereka ini  dapat menjadi solusi dalam meningkatkan keberterimaan konsumsi ekstrak daun pepaya sebagai peningkat trombosit pada pasien DBD anak.

Selain Lidya dan Niken, anggota tim lain yakni Diah Dwi Syafitri Khoirunisak dan Shinta Septiana. Mereka mahasiswa Program Studi (Prodi) Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Proses tersebut mereka lalui di bawah bimbingan Syaiful Choiri.

Dewasa Terkena DBD
Terkait DBD,  dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Dirga Sakti Rame M.Sc Sp.PD mengatakan orang dewasa usia produktif secara data tercatat meningkat dalam kasus terkena penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Kalau lihat data persentase orang dewasa usia produktif meningkat artinya makin banyak orang dewasa kena DBD," ucap Dirga dalam diskusi mengenai penanganan DBD di Jakarta, Minggu.

Dikutip dari Antara, Dirga menjelaskan, usia dewasa produktif lebih sering sudah mengalami penyakit komorbid seperti diabetes, gagal ginjal dan lain-lain. Ini yang menyebabkan jika terkena penyakit dengue bisa lebih berat.

Dokter yang berpraktik RS EMC Pulomas ini mengatakan, setiap orang selama hidupnya bisa terkena DBD sebanyak empat. Penyakit ini juga tidak pandang bulu dan bisa mengenai anak hingga dewasa. Karenanya, Dirga menggencarkan vaksin untuk dewasa mulai dari usia 18-45 tahun. Vaksin bisa diberikan kepada usia dewasa selama dalam kondisi sehat dan tidak sedang sakit akut.

"Untuk vaksin dengue usia 18-45 tahun diwajibkan vaksin sebanyak dua kali, dengan jeda tiga bulan untuk proteksi jangka panjang," kata Dirga.

Menurutnya, jika individu memiliki komorbid atau penyakit penyerta, masih bisa melakukan vaksinasi dengan syarat komorbidnya terkontrol. Vaksin digencarkan karena penyakit demam berdarah dengue sampai saat ini tidak ada obat spesifik yang bisa menyembuhkan. Sehingga pengobatan di rumah sakit yang diberikan adalah terapi suportif sesuai gejala yang dirasakan pasien.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar