07 November 2024
17:59 WIB
Tim Mahasiswa ITB Gagas Potensi Ubah Mikroalga Jadi Tenaga Listrik
Mikroalga bisa digunakan untuk proses sintesis biogas menggunakan anaerobic digester melalui mekanisme ORC-ICE dan memiliki potensi sebagai tenaga listrik.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Rendi Widodo
Tim Chloratullations dari ITB dengan gagasan sumber energi listrik dari mikroalga. Dok. ITB
JAKARTA - Berangkat dari keprihatinan terhadap limbah cair yang kerap menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat, tiga orang Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam Tim Chloratullations, menggagas sebuah teknologi terintegrasi yang bisa mengubah mikroalga menjadi tenaga listrik.
Ide inovasi tersebut dituangkan Tim Chloratullations dalam paper berjudul CYRIL (Chlorella Yield Utilization for Renewable Industrial Lifecycle). Paper yang juga akhirnya mengantar mereka untuk meraih juara umum ketiga dan meraih medali emas untuk kategori full paper dalam ajang Student Innovation in Climate, Energy, and Sustainability (SICLUS) 2024 baru baru ini.
SICLUS 2024 merupakan lomba yang digelar Universitas Hasanuddin Makassar berkolaborasi dengan sejumlah pihak dari negara mitra kampus mereka, mulai dari FIlipina, Australia, Sudan, dan Norwegia.
Tahun ini SICLUS 2024 mengusung tema “Visioning a City of the Future: Pioneering Innovations in Infrastructure, Affordable Energy Solutions, Green Mobility, and Circular Material Flows to Create a Future-ready Metropolis” dan menyediakan lima subtema lomba, antara lain SDGs, Maritime, Infrastructure, Economy, dan Residential.
Di mana Tim Chloratullations memilih tema residential yang fokus pada permasalahan limbah lingkungan. Limbah yang sebenarnya bisa dioptimalkan menjadi energi bersih, alih-alih membuat lingkungan tidak layak huni.
Salah satu anggota tim Chloratullations yang merupakan mahasiswa jurusan Rekayasa Pertanian angkatan 2022, Hanif Yusran Makarim mengungkapkan bahwa ide mereka untuk mengubah mikroalga menjadi listrik juga terkait dengan keprihatinan mereka atas bauran energi baru terbarukan yang masih sangat rendah di Indonesia. Masih sangat jarang yang menggali potensi konversi dari sumber sampai dapat diolah menjadi energi atau material.
Hanif menjelaskan bahwa CYRIL mengintegrasikan tiga teknologi dalam sistemnya. Mulai dari menggunakan teknologi Direct Air Capture (DAC), fotobioreaktor untuk mikroalga dalam bentuk Green Wall Panel, dan instalasi kompleks antara anaerobic digester, biogas, Organic Rankine Cycle - Internal Combustion Engine (ORE-ICE).
Ketiga teknologi itu dipilih karena sudah terbukti relatif sangat minim emisi dibanding yang lain, sehingga benar-benar sesuai dengan ide awal dan tujuan mereka untuk menciptakan sumber energi dari limbah yang tak mencemari lingkungan.
Dalam sistem kerjanya menggunakan tiga teknologi tersebut, akan terdapat tiga proses dari CYRIL, yaitu kultur GWP di bagian upstream yang berfokus di penggunaan industrial wastewater dan CO2 emisi untuk kultur mikroalga.
Setelah itu, mikroalga yang dihasilkan akan digunakan untuk sintesis biogas menggunakan anaerobic digester melalui mekanisme ORC-ICE. Dari situlah dihasilkan listrik yang dapat digunakan untuk power up industri yang menggunakan CYRIL ataupun dijual ke PLN sebagai IPP.
Bersama dua rekan lainnya, yakni selaku Ketua Firdaus Ilham dari jurusan Rekayasa Hayati, dan anggota lainnya Delon Davidson juga dari jurusan Rekayasa Hayati, Hasif berharap keberhasilan mereka meraih juara bisa menjadi motivasi bagi mahasiswa lainnya untuk turut mengikuti jejak kesuksesannya.
Selain harapannya juga tentu saja agar hasil karya yang diciptakan tidak hanya menjadi sebuah ide saja, tapi kelak dapat direalisasikan untuk mendukung akselerasi energi terbarukan di Indonesia.
"Kami berharap dapat terus berkarya dan berkontribusi secara nyata dalam upaya transisi energi terbarukan untuk Indonesia yang lebih bersih dengan energi yang berkelanjutan, serta menginspirasi lebih banyak insan akademis," kata Hanif.