15 Agustus 2023
17:13 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Tiga begawan budaya Indonesia menerima Gelar Tanda Kehormatan dari negara. Mereka yaitu (alm) Tjokorda Gde Agung Sukawati, (alm) Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Djojokusumo, serta (alm) Ki Mohammad Amir Sutaarga.
Presiden Joko Widodo menyematkan gelar kehormatan itu secara langsung kepada para ahli waris yang diundang ke Istana Negara, pada Senin (14/8). Tjokorda Gde Agung Sukawati dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Djojokusumo diberi gelar tanda kehormatan Bintang Budaya Parama, sedangkan Ki Mohammad Amir Sutaarga yang mendapat gelar tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya.
Gelar Tanda Kehormatan bagi tiga pahlawan kebudayaan tersebut merupakan bagian dari inisiatif Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) dari Kemendikbudristek. Sebagaimana dikatakan Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, pemerintah mengambil posisi untuk terus bersama para pahlawan kebudayaan dalam kerja pemajuan kebudayaan.
Sejak tahun 2012, katanya, Kemendikbudristek konsisten memberikan apresiasi kepada tokoh-tokoh yang berjasa dan berkontribusi dalam upaya pemajuan kebudayaan Indonesia.
“Melalui program ini, kami harapkan, ekosistem kebudayaan bisa lebih mengemuka sehingga banyak lagi pihak yang turun tangan memajukan kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, maka cita-cita menjadi negara adidaya budaya dapat terwujud,” ungkap Hilmar keterangan pers, dikutip Selasa (15/8).
Selain pengusulan gelar tanda kehormatan dari Presiden, dalam AKI 2023, Kemendikbudristek menganugerahkan sejumlah kategori penghargaan yang akan diberikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim.
Kategori tersebut adalah kategori Pelestari, Pelopor dan Pembaru, Maestro Seni Tradisi, Anak dan Remaja, Media, Lembaga dan Perorangan Asing, Pemerintah Daerah, serta Masyarakat Adat. Pemberian penghargaan kepada seluruh penerima AKI ini akan dilaksanakan pada November 2023 di Jakarta.
Tiga Sosok Penting dalam Pemajuan Budaya
Tjokorda Gde Agung Sukawati adalah seorang budayawan asal Bali yang telah berhasil melakukan diplomasi kebudayaan. Ia di masa hidupnya menjadi pionir berkembangnya pariwisata yang berakar pada seni dan budaya di Bali yang kini lazim dikenal sebagai cultural and community-based tourism.
Salah satu dedikasi dan darma baktinya dalam upaya diplomasi tersebut, Tjokorda Gde Agung Sukawati berhasil mendorong kolaborasi antar seniman di Ubud dan sekitarnya, dengan sejumlah akademisi dan seniman mancanegara. Sehingga, Ubud dikenal sebagai The International Central of Art yang berkelanjutan.
Sementara Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Djojokusumo adalah pendiri Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI), yang kini dikenal sebagai Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Ia juga merupakan tokoh penting dalam proses penggabungan seluruh perguruan tinggi swasta se-Surakarta menjadi Universitas Gabungan Surakarta (UGS) yang kini menjadi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Terakhir, Mohammad Amir Sutaarga adalah pakar permuseuman yang memberikan landasan penting bagi permuseuman Indonesia dan peletak dasar pembangunannya. Ia juga merupakan pionir pengembangan Ilmu Permuseuman dan perintis Pendidikan Museologi di Indonesia.