c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

02 Juni 2023

09:31 WIB

Tidak Semua Pasien Kanker Harus Kemoterapi

Selain kemoterapi, terapi target atau targeted therapy bisa dipilih oleh pasien kanker paru sebagai tindakan medis pengobatannya.

Editor: Satrio Wicaksono

Tidak Semua Pasien Kanker Harus Kemoterapi
Tidak Semua Pasien Kanker Harus Kemoterapi
Ilustrasi pasien kanker sedang menjalani terapi kemoterapi. Freepik

JAKARTA - Kemoterapi merupakan salah satu tata laksana pengobatan kanker yang paling sering dipilih oleh para penderita. Alasan yang paling umum mengapa kemoterapi dipilih, karena dinilai memiliki tingkat pemulihan yang tinggi dengan risiko yang cenderung kecil.

Namun, sejatinya ada beberapa tindakan lain yang bisa dipilih sebagai pengobatan, salah satunya terapi target atau targeted therapy. Selain kemoterapi, Dokter spesialis paru, dr Sita Laksmi Andarini dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)  mengatakan, metode ini bisa dilakukan oleh para pasien kanker paru.

"Orang kanker paru sekarang tidak selalu harus terapi kemo. 55% orang Indonesia yang kanker paru bisa pakai tablet targeted therapy," katanya, seperti dikutip dari Antara, Jumat (2/6).

Dokter Sita menjelaskan, terapi bagi pasien kanker paru sebetulnya sangat bervariasi, tergantung tipe atau jenisnya. 

Menurutnya, ada dua jenis utama kanker paru yakni small cell lung cancer (SCLC) atau kanker paru sel kecil dan non-small cell lung cancer (NSCLC).

Terdapat lebih dari 80% kanker paru adalah NSCLC, di mana 40% dari NSCLC terjadi mutasi reseptor pertumbuhan epidermal (EGFR). Pengobatan untuk kanker jenis tersebut tentu berbeda dengan tipe kanker paru lainnya.

"Pada pasien dengan jenis kanker paru bukan sel kecil, pasien akan direkomendasikan dengan obat small molecule EGFR TKI atau menghambat tyrosine kinase," ujar Sita.

Berbeda dengan kemoterapi, Sita mengatakan, terapi target khusus menargetkan sel kanker agar pertumbuhan dan penyebarannya terhambat.

"Kalau kemoterapi membunuh sel kanker dan sel-sel sehat, oleh karena itu ada efek sampingnya misalnya rambut rontok, infeksi, mudah berdarah, mual, muntah. Biasanya diinfus bisa one-day care, artinya enggak perlu dirawat," tutur Sita.

Ke depan, Sita mengatakan terapi target untuk pengobatan kanker terutama kanker paru tampaknya akan menjadi terapi yang utama, mengingat banyaknya jumlah kanker paru dengan jenis NSCLC yang positif mutasi EGFR.

Selama ini, EGFR TKI yang tersedia di Indonesia masih merupakan produk impor. Untuk itu, guna menyediakan terapi yang efektif, berkualitas, dan terjangkau, PT Kalbe Farma melalui anak perusahaannya, PT Global Onkolab Farma, melakukan inovasi obat kanker paru generik pertama karya anak bangsa yakni Erlotinib yang bisa didapatkan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Presiden Direktur PT Global Onkolab Farma Selvinna mengatakan, upaya tersebut juga merupakan wujud komitmen perusahaan dalam mendukung program pemerintah terkait kemandirian obat nasional.

"Kita ingin sekali obat itu mandiri, enggak usah impor. Jadi karena kami satu-satunya yang punya fasilitasnya, kita dukunglah pemerintah dengan cara bikin obat tabletnya," ujar Selvinna.

Erlotinib generik karya anak bangsa sudah tersedia di e-katalog obat dalam skema JKN, sehingga dapat dinikmati oleh seluruh pasien yang membutuhkan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar