20 Juni 2024
15:51 WIB
Tes Darah Dengan Bantuan AI Bisa Prediksi Parkinson Tahunan Sebelum Gejala
Lewat profil protein dalam darah seseorang, peneliti yang menggunakan kecerdasan buatan bisa mendeteksi potensi terjadinya Parkinson hingga 7 tahun sebelum gejala muncul.
Editor: Rendi Widodo
Ilustrasi botol tes darah. Unsplash
JAKARTA - Sebuah model baru pengetesan darah dapat memprediksi kemunculan penyakit Parkinson hingga tujuh tahun sebelum penyakit itu sendiri muncul dan menunjukkan gejala.
Pengetesan darah ini ditemukan oleh para peneliti di University College London, di mana tes ini akan membaca protein dalam darah yang konsentrasinya berbeda pada orang dengan Parkinson dan mereka yang tidak.
Dikutip dari Live Science, pengetesan yang dibantu dengan alat kecerdasan buatan (AI) ini memungkinkan para ilmuwan mengidentifikasi orang-orang dengan diagnosis Parkinson, serta mereka yang berada dalam kelompok berisiko dengan gaya hidup yang akan terus memicu penyakit tersebut di masa depan.
"Kita perlu mendiagnosis pasien sebelum mereka mengembangkan gejalanya. Kebanyakan orang dirawat ketika mereka mulai menunjukkan gejala, yang mana hal itu sudah sangat terlambat untuk penanganan Parkinson," kata salah satu peneliti dan profesor di University College London, Kevin Mills.
Dengan deteksi yang luar biasa dini ini, berbagai perawatan efektif bisa menghilangkan atau setidaknya menurunkan risiko seseorang terkena Parkinson di masa depannya.
Penyakit Parkinson sendiri merupakan kondisi yang memengaruhi sistem saraf dan mengganggu kemampuan tubuh untuk mengontrol gerakan dan keseimbangan.
Parkinson memengaruhi lebih dari 8,5 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 300.000 kematian per tahun – dan tingkat tahunan ini meningkat pesat.
Pada Parkinson, protein berkumpul bersama di dalam sel-sel otak yang menghasilkan dopamin, yang terlibat dalam koordinasi gerakan. Gumpalan protein tersebut pun akhirnya akan merusak dan membunuh sel-sel sehingga menyebabkan berbagai gangguan saraf.
Studi yang diterbitkan di jurnal Nature Communications menyebutkan para peneliti mengidentifikasi delapan protein yang tingkatnya berbeda secara signifikan dalam darah orang dengan penyakit Parkinson dibandingkan mereka yang tidak.
Dengan menggunakan "biomarker" tersebut, mereka melatih alat AI untuk mengidentifikasi pasien yang profil proteinnya mirip dengan penyakit Parkinson, bahkan jika mereka tampaknya tidak memiliki kondisi tersebut.
Ketika ditugaskan untuk mengklasifikasi 41 pasien (yang terdiri dari 30 orang dengan penyakit Parkinson dan 11 lainnya tidak) alat AI menunjukan keakuratan hingga 100%.
Para peneliti kemudian memerikan profil protein kelompok terpisah yang terdiri dari 54 orang dengan gangguan tidur yang sering mendahului penyakit Parkinson.
Dari kelompok ini ada 47 orang dengan profil protein yang diprediksi AI akan mengalami Parkinson di masa mendatang.
Lewat model deteksi ini, calon penderita Parkinson dapat lebih cepat memulai perawatan yang bisa memperlambat atau menghentikan kondisi Parkinson yang mungkin terjadi nantinya.