c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

27 September 2025

16:25 WIB

Terjadi Di Thailand, Mengapa Lubang Raksasa Bisa Muncul?

Lubang raksasa atau sinkhole terbagi menjadi dua, cover-subsidence sinkhole yang terbentuk secara perlahan dan cover-collapse sinkhole yang muncul tiba-tiba dalam hitungan jam.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Terjadi Di Thailand, Mengapa Lubang Raksasa Bisa Muncul?</p>
<p>Terjadi Di Thailand, Mengapa Lubang Raksasa Bisa Muncul?</p>

Sinkhole di Bangkok, Thailand. Foto: theguardian.com

JAKARTA - Beberapa waktu lalu, masyarakat Bangkok, Thailand dikejutkan dengan munculnya sebuah lubang raksasa sedalam 50 meter. Peristiwa ini menyebabkan pipa bawah tanah pecah dan tanah di atasnya bergeser dengan cepat, hingga meluncur ke arah stasiun bawah tanah. 

Pecahnya pipa membuat air masuk ke dalam rongga, memperparah longsoran dan memperbesar keruntuhan. Kejadian ini memunculkan banyak pertanyaan, apa sebenarnya penyebab lubang raksasa atau sinkhole terbentuk?

Melansir laman National Geographic, sinkhole atau lubang runtuhan tanah, kerap digambarkan sebagai mimpi buruk di mana tanah tiba-tiba terbelah dan menelan mobil, rumah, bahkan satu blok bangunan. Meski terdengar menakutkan, keruntuhan besar seperti itu jarang terjadi.

Umumnya, sinkhole muncul dalam bentuk cekungan lebih kecil yang meski tidak mematikan, tetap bisa menimbulkan kerugian besar. Sinkhole terbentuk ketika air hujan yang bersifat asam alami meresap ke dalam tanah dan mengikis lapisan batuan di bawah permukaan. 

Proses ini paling sering terjadi di kawasan karst dengan batuan yang mudah larut seperti kapur (limestone), dolomit, garam, atau gipsum. Ketika air tanah mengalir melalui celah batuan lalu berkumpul di bawah permukaan, batuan lambat laun terkikis, membentuk gua kecil atau rongga. 

Tanah di atasnya pun ikut jatuh ke dalam celah tersebut, memperbesar rongga dan memudahkan air berkumpul lebih banyak. Sinkhole terbentuk ketika lapisan penyangga di bawah permukaan tak lagi mampu menopang tanah di atasnya. 

Proses ini bisa berlangsung ratusan hingga ribuan tahun tanpa tanda-tanda dari permukaan, hingga akhirnya runtuh. Faktor kekeringan, hujan deras, hingga aktivitas manusia seperti pengeboran, pembangunan, atau pengambilan air tanah berlebihan dapat mempercepat keruntuhan.

Jenis sinkhole sendiri terbagi menjadi dua. Pertama adalah cover-subsidence sinkhole, yang terbentuk secara perlahan dan biasanya hanya tampak sebagai cekungan dangkal di permukaan tanah. Jenis ini umumnya tidak langsung menimbulkan keruntuhan besar, tetapi tetap bisa menjadi masalah serius bila dibiarkan.

Sebaliknya, ada cover-collapse sinkhole yang jauh lebih berbahaya. Lubang runtuhan ini bisa muncul tiba-tiba hanya dalam hitungan jam, saat atap gua bawah tanah sudah terlalu tipis untuk menopang beban di atasnya. 

Begitu runtuh, tanah bisa langsung amblas dan menelan apa pun yang ada di permukaannya, mulai dari jalan raya hingga bangunan besar. Ukuran sinkhole sangat bervariasi. Ada yang hanya beberapa meter, ada pula yang seluas ratusan hektare. 

Kedalamannya pun beragam, dari kurang dari satu meter hingga lebih dari 100 meter. Secara visual, sinkhole bisa terlihat seperti mangkuk dangkal, atau berupa lubang besar dengan dinding terjal yang runtuh ke bawah. 

Untuk mencegah terjadinya runtuhan tanah atau collapse sinkhole di wilayah perkotaan maupun pemukiman, dibutuhkan manajemen drainase yang terpadu. Upaya ini bisa dilakukan melalui kontrol rutin serta perawatan berkala pada saluran air dan infrastruktur bawah tanah.

Menurut para ahli, penambahan infrastruktur galian baru seperti terowongan atau saluran drainase justru dapat menambah rongga di bawah tanah. Rongga-rongga ini memungkinkan air hujan mengalir lebih deras ke dalam tanah, mempercepat proses infiltrasi dan erosi di sekitar gorong-gorong.

Jika dibiarkan tanpa pengawasan, kondisi tersebut dapat memperlemah lapisan tanah dan berujung pada runtuhnya permukaan di titik tersebut.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar