07 Mei 2021
11:49 WIB
Penulis: Dwi Herlambang
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Mata Sahara atau dikenal sebagai struktur Richat adalah struktur geologis unik berbentuk melingkar dengan diameter 40 kilometer. Terletak di Dataran Tinggi Adrar, Mauritania, Afrika. Struktur ini lazim disebut kubah, karena terdiri dari lipatan sedimen magma yang menyembul naik ke permukaan bumi.
Menurut Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Andi Pangerang, lipatan ini disebut juga sebagai antiklin. Antiklin pada mata sahara ini sangat simetris dan terkikis membentuk lingkaran sempurna sehingga sempat diduga bekas tabrakan meteorit.
"Jacques Richard-Molard pada tahun 1948 mempertimbangkan struktur ini sebagai hasil dari thrust (gaya naik) yang mendorong magma ke permukaan bumi yang disebut thrust lakolit," tulis Andi sebagaimana dikutip dari edukasi.sains.lapan, Kamis (6/5).
Menurut Andi, penelitian terakhir dari Guillaume Matton pada tahun 2005 dan 2008 mengonfirmasi kesimpulan pada penelitian terdahulu, selama dekade 1950–1960. Di mana struktur ini bukan merupakan bekas tabrakan meteorit ataupun deformasi yang berasal dari benda bumi yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan menabrak permukaan bumi.
Mineral coesit yang merupakan indikator terjadinya tabrakan meteor, pada awalnya dilaporkan terkandung dalam sampel batuan dari mata sahara. Hal yang kemudian batuan tersebut ternyata mengandung mineral barit.
Kubah pada mata sahara saat ini sudah lenyap, akibat terkikis oleh angin dan air. Proses ini disebut sebagai alterasi hidrotermal sehingga hanya menyisakan lapisan batuan yang rata. Ketika era pleistosen hingga pertengahan holosen, atau sekitar 1.500 hingga 8.000 tahun silam, lipatan pada lapisan ini membentuk kedalaman antara 3–4 meter sebelum akhirnya terkikis.
Struktur ini diduga terbentuk sejak 98 juta tahun lalu berdasarkan penanggalan argon, salah satu penanggalan geologis yang berdasarkan peluruhan kadar argon di dalam batuan. Dengan begitu, mata sahara sudah muncul sejak periode kapur akhir, atau ketika benua besar pangea terpisah menjadi beberapa benua yang ada seperti saat ini.
"Bagian tengah mata sahara merupakan lapisan tertua, dikarenakan magma telah naik lebih dahulu dan kemudian mengeras. Sedangkan semakin ke tepi lapisan tersebut berumur semakin muda," jelas Andi.
Mata sahara sendiri pertama kali diabadikan dari luar angkasa melalui wahana Apollo 9 pada 10 Maret 1969. Mata sahara merupakan salah satu fenomena alam yang mengesankan yang pernah ada di dalam jagat Bumi ini.