28 Mei 2022
10:44 WIB
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Beberapa kasus kekerasan dan penyerangan ramai diperbincangkan belakangan ini. Mulai dari penembakan di sebuah sekolah di Amerika Serikat sampai tindak kekerasan yang terjadi kalangan pelajar di Semarang, Jawa Tengah.
Banyak yang memperkirakan kemungkinan adanya faktor eksternal sebagai pendorong perilaku tersebut. Salah satunya adalah dari tayangan televisi yang menampilkan kekerasan, seperti tayangan pertandingan gulat atau mixed arts.
Tayangan seperti World Wrestling Entertainment (WWE) dan Ultimate Fighting Championship (UFC) sejak lama memang sering "dituding" sebagai pemicu perilaku agresif dan kriminal pada seseorang. Namun, sebuah penelitian yang ada dalam "Journal of Health Economics 2022" membantah hal tersebut.
Para peneliti dari Texas A & M University, Montana State University, dan University of Oregon Amerika Serikat berusaha meneliti kaitan antara tayangan dan gim video tentang kekerasan dengan perilaku agresif dan bagaimana dampaknya pada masyarakat. Secara spesifik, mereka memilih tayangan UFC sebagai salah satu pertandingan olahraga yang cukup populer di Amerika Serikat.
Tercatat dalam lima tahun terakhir, setidaknya ada sembilan pertandingan UFC yang terjual hingga 1 juta PPV (pay-per-view). Angka tersebut pun terus meningkat seiring dengan naiknya popularitas olahraga MMA tersebut.
Menggunakan rating dari Nielsen dan kompilasi data penangkapan aksi kekerasan dari FBI di 41 negara bagian sejak tahun 2001 hingga 2016, para peneliti justru melihat adanya penurunan aksi kekerasan berkat tayangan UFC.
"Kami menemukan setidaknya 0,5% lebih rendah penyerangan di bar setelah UFC mengudara. Kami juga tidak menemukan bukti kalau mengonsumsi konten seperti ini meningkatkan perbuatan kriminal dan malah sebaliknya," tutur salah satu peneliti, Jason Lindo dikutip dari Psypost.
Dari sana, peneliti pun kemudian tidak melihat adanya korelasi dari mengonsumsi tayangan dan gim video tentang kekerasan dengan naiknya kriminalitas. Malah sebaliknya, terjadi penurunan tindak kejahatan, khususnya penyerangan.
Meski begitu, penelitian ini masih memiliki sejumlah keterbatasan. Sebab, meskipun secara umum mengonsumsi tayangan yang mengandung kekerasan tidak meningkatkan kriminalitas, tetapi efek yang berbeda bisa dirasakan tergantung konten yang dihadirkan dan juga individu itu sendiri.