Tata Harta, Permainan Literasi Keuangan Buatan Dosen ITS

JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran masyarakat akan pentingnya perencanaan keuangan semakin meningkat. Hal ini mendorong banyaknya orang ingin mempelajari literasi keuangan dengan baik.

Namun belajar literasi keuangan bukan hal yang mudah bagi sebagian orang. Apalagi banyak yang mengaitkan literasi keuangan merupakan sesuatu yang memusingkan dan sulit dipahami, karena berkaitan dengan hitung-hitungan angka.

Berangkat dari kondisi tersebut, Dosen Departemen Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr. Rabendra Yudistira Alamin, berinisiatif mengembangkan sebuah permain papan (board game) yang bisa digunakan untuk mengenalkan literasi keuangan dengan cara menyenangkan. Permainan edukasi literasi keuangan tersebut dinamakan, Tata Harta.

Ide membuat Tata Harta didasari atas fakta-fakta lapangan yang didapat saat melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Dari situ, dia dan tim menyusun kerangka permainan dengan mengumpulkan pendapat pakar melalui survei berulang. 

Kemudian konsep permainan itu disusun dengan kerangka Adaptive Game Based Learning (AGBL). Prototipe kemudian diuji coba bertahap dengan melibatkan berbagai kalangan, dari komunitas board game, pakar hingga pengunjung kafe edukatif.

Dalam penyempurnaannya, prototipe Tata Harta ini diuji coba di SMKN 1 Mojokerto dan SMKN 12 Surabaya dengan melibatkan lebih dari 60 siswa dari latar belakang sosial ekonomi yang beragam. 

Hasilnya, permainan itu berhasil menunjukkan peningkatan motivasi dan keterlibatan siswa secara signifikan dalam pembelajaran literasi keuangan.

"Pendekatan Game Based Learning berhasil menciptakan pengalaman belajar yang lebih aktif, relevan, dan menyenangkan dibanding metode konvensional," terangnya

Sebagai sebuah permainan, Tata Harta didesain adaptif dan relevan untuk dimainkan, sebab telah diperkuat dengan pendekatan yang lebih ilmiah dan terstruktur melalui kerangka AGBL.

"Hasilnya, permainan menjadi lebih interaktif dan adaptif sehingga materi keuangan mudah dipahami," kata Rabendra.

Tata Harta dirancang sebagai permainan papan dengan skenario kehidupan nyata. Di mana para pemain akan dihadapkan pada berbagai pilihan finansial seperti investasi, menabung, membeli kebutuhan, hingga berdonasi.

Tidak seperti permainan lainnya yang menuntut pemainnya mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, di Tata Harta lebih menekankan pentingnya keseimbangan antara pengelolaan aset, kebahagiaan, dan kontribusi sosial.

"Pendekatan diharapkan mampu membantu siswa memahami nilai keuangan secara lebih luas dan kontekstual," kata Rabendra.

Menariknya, bukan hanya menjadi sebuah board game yang bisa menjadi media belajar literasi keuangan, kerangka AGBL yang digunakan pada Tata Harta juga berhasil menginspirasi lahirnya produk turunan berupa permainan edukatif Cashflowpoly Entrepreneur Edition.

Permainan yang dirancang khusus untuk siswa SD dan SMP, dan telah diproduksi secara massal sebagai media pembelajaran literasi keuangan dan kewirausahaan di berbagai sekolah di Indonesia.

Sebagai anggota komunitas Boardgame Surabaya, Rabendra berharap agar inovasi yang dipresentasikan dalam sidang doktornya tersebut tidak berhenti sampai di sini. Ia berharap Tata Harta bisa terus dikembangkan dan dimanfaatkan lebih luas, termasuk untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-4 tentang pendidikan berkualitas.

 "Kami ingin menciptakan ekosistem pembelajaran keuangan yang tidak hanya menyenangkan, tapi juga bermakna dan berkelanjutan," kata Bendra.